tag:blogger.com,1999:blog-11788923054118026862024-03-12T20:16:59.217-07:00Sang Guruakip effendyhttp://www.blogger.com/profile/01491055190392038571noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-1178892305411802686.post-50687268580782579652012-03-05T06:22:00.000-08:002012-03-05T06:28:05.102-08:00<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-left: 0cm; text-align: center;">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-left: 0cm;">
<b><span lang="SV" style="color: blue; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">TEKNIK DISTRIBUSI PREDIKASI</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-left: 0cm;">
<b><span lang="SV" style="color: blue; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">MEMUDAHKAN SISWA MEMAHAMI METAFORA
DAN SIMILE </span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-left: 0cm;">
<b><span lang="SV" style="color: blue; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">DALAM PUISI</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-left: 0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: normal;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-left: 0cm;">
<span style="color: magenta;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: normal;">Oleh : Drs. </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: normal;">Akip Effendy</span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: normal;"><span style="color: magenta;">, M.Pd. </span> </span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-left: 0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: normal;"> </span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFX3NKiMAXHr_5ZiXTQ3xgIS0uxxMGci3ifGDaI6l7HsijzG7BEFw-QW7CCwxeywTD9HqJ4fgk1p6lB22tTevU-ZRvi0SFcLOuPQrWtDFBduZP86EmNZQpiaC2e0mH_RHPm6vqvt8SkHHj/s1600/11.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFX3NKiMAXHr_5ZiXTQ3xgIS0uxxMGci3ifGDaI6l7HsijzG7BEFw-QW7CCwxeywTD9HqJ4fgk1p6lB22tTevU-ZRvi0SFcLOuPQrWtDFBduZP86EmNZQpiaC2e0mH_RHPm6vqvt8SkHHj/s200/11.jpg" width="160" /></a><v:shapetype coordsize="21600,21600" filled="f" id="_x0000_t75" o:preferrelative="t" o:spt="75" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter">
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0">
<v:f eqn="sum @0 1 0">
<v:f eqn="sum 0 0 @1">
<v:f eqn="prod @2 1 2">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @0 0 1">
<v:f eqn="prod @6 1 2">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="sum @8 21600 0">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @10 21600 0">
</v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:formulas>
<v:path gradientshapeok="t" o:connecttype="rect" o:extrusionok="f">
<o:lock aspectratio="t" v:ext="edit">
</o:lock></v:path></v:stroke></v:shapetype><v:shape alt="GR 1.jpg" id="Picture_x0020_0" o:spid="_x0000_s1026" style="height: 132.8pt; left: 0; margin-left: 1.35pt; margin-top: -.1pt; mso-position-horizontal-relative: text; mso-position-horizontal: absolute; mso-position-vertical-relative: text; mso-position-vertical: absolute; mso-wrap-distance-bottom: 0; mso-wrap-distance-left: 9pt; mso-wrap-distance-right: 9pt; mso-wrap-distance-top: 0; mso-wrap-style: square; position: absolute; text-align: left; visibility: visible; width: 106.95pt; z-index: -1;" type="#_x0000_t75" wrapcoords="-303 0 -303 21470 21509 21470 21509 0 -303 0">
<v:imagedata o:title="GR 1" src="file:///C:\Users\WINDOW~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg">
<w:wrap type="through">
</w:wrap></v:imagedata></v:shape><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tulisan ini disusun berdasarkan keberhasilan
pembelajaran gaya bahasa yang dilakukan penulis, khususnya metafora dan simile.
Pembelajaran yang dimaksud didesain dan dilaksanakan dalam bentuk penelitian
tindakan kelas. Hal itu dilakukan karena pada pembelajaran pemahaman puisi,
pada kenyataannya siswa selalu menemui
kesulitan dalam memahami kata-kata kias, baik yang berupa lambang maupun
ungkapan, yang digunakan penyair dalam puisi.
Padahal, tanpa dapat memahami itu tidak mungkin totalitas makna puisi
dapat dipahami dengan benar. Bahkan, pemahaman puisi melalui teknik parafrase
pun sulit dilakukan dengan baik tanpa mampu menghadirkan kembali kandungan
makna lugas dari ungkapan maupun lambang yang digunakan penyair dalam puisi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; tab-stops: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penyair menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi yang
khas dalam puisi. Mereka menyatakan sesuatu dengan cara dan gayanya sendiri.
Dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa secara khas ini, Teeuw (1984:70-72)
mengemukakan bahwa penyair sering memakai bahasa yang aneh, gelap, bahkan menyimpang
dari pemakaian bahasa yang wajar dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa puisi bersifat multidimesnsional, memiliki daya
hidup, keindahan dan kedalaman makna yang dikandungnya sangat misterius. Itu
semua hanya dapat diteropong jika pembaca puisi tidak saja memiliki kompetensi
linguistik, sosial, budaya, tetapi juga memiliki kepekaan <i>feeling</i> yang tajam dan terlatih. Tuntutan tersebut, tentu akan
menjadi kendala tersendiri bagi siswa sebagai pembaca pemula. Dalam keadaan
seperti ini, guru yang kreatif tidak
akan tinggal diam. Ia akan mencari kiat-kiat khusus yang dapat digunakan untuk membantu
siswanya memahami makna puisi. </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sumardjo
dan Saini (1986:27) mengungkapkan bahwa
pada umumnya penyair menyukasi penggunaan gaya bahasa kiasan dalam puisi,
seperti metafora, simile, dan personifikasi. Jenis gaya bahasa ini disukai
karena memiliki daya tarik dan daya ungkap yang amat kuat. Daya tarik terlahir
dari citra (imaji) lambang yang digunakan sedang daya ungkap muncul dari
kekuatan makna kias lambang itu. Citra dan lambang dalam puisi mampu memberi
gerak dan menghidupkan puisi. Citra dan lambang mampu mewakili dan menyampaikan
gagasan, perasaan, maupun pengalaman penyair pada pembaca. Bahkan, menurut </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Freeborn
(1996:63) metafora</span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">- termasuk simile - </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">bukanlah
sekedar alat imajinasi puitik dan hiasan retorik semata, tetapi </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">merefleksikan alam </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">pikiran</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> tindakan</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">, dan pengalaman penyairnya</span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.
Metafora mencerminkan siapa dan bagaimana pemakainya</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">. </span><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Justru,
yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mungkin siswa mampu menangkap gagasan, perasaan, dan pengalaman
penyair tanpa mereka mampu memahami makna kias lambang-lambang yang digunakan
itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada saat membaca puisi, siswa berhadapan dengan masalah
keterbatasan kompetensi sosial, budaya, maupun kompetensi linguistiknya.
Pengalamannya yang minim terhadap kenyataan-kenyataan sosial budaya dalam
kehidupan serta beragamnya tingkat penguasaan aspek kebahasaan, baik yang
berhubungan dengan kosa kata, ungkapan, peribahasa dan lain-lain, menjadikan
siswa tidak mampu menafsirkan makna metafora dan simile dengan baik. Oleh
karena itu, penulis mencoba merancang sebuah teknik yang memungkinkan dapat
membantu mereka memahami metafora dan simile dalam puisi.</span><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Teknik tersebut diberi nama <i>Teknik Distribusi Predikasi. <o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<b><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Teknik Distribusi Predikasi (TDP)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Teknik ini sebenarnya merupakan teknik yang mudah dan sederhana, tapi
efektif diterapkan dalam pembelajaran gaya bahasa kiasan, khususnya metafora
dan simile. Rancangan teknik ini diilhami
tulisan John I. </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saeed
(2005:345-346)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> dan Abdul </span><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Wahab (2005:72) tentang metafora. Menurut Saeed, </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">dalam metafora dan simhle terdapat </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">pemindahan
makna (<i>concept transference</i>)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">. </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada</span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">keduanya terdapat
identifikasi kemiripan hal-hal yang dianalogikan. </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hanya saja, analogi dalam metafora bersifat langsung (<i>direct analogi</i>) sedangkan dalam simile
bersifat tidak langsung (<i>indirect analogi</i>).
Analogi dalam simile bersifat tidak langsung karena dalam gaya bahasa ini digunakan
piranti linguistik berupa konjungsi komparatif. Pada keduanya terdapat dua
komponen, yaitu </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', rerif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">domain target (<i>target domain</i>) dan domain sumber (<i>source domain</i>). </span><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Wahab
(2005:72) mengistilahkan </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">domain target </span><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">sebagai <i>signified</i>,
yaitu bagian yang posisinya dilambangkan<i> </i>dan
</span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">domain
sumber</span><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> sebagai <i>signifier</i>, yaitu bagian yang posisinya dijadikan sebagai lambang.</span><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Atas dasar adanya pemindahan makna antara lambang dengan yang
dilambangkan itu, dapat diasumsikan bahwa konsep-konsep yang berlaku atas
lambang tentunya akan berlaku pula atas yang dilambangkan. Pengertian-pengertian
yang terjadi secara wajar dan logis pada lambang, terjadi pula pada yang
dilambangkan. Konsep-konsep itu secara verbal diwujudkan dalam bentuk
predikasi-predikasi. Melalui predikasi-predikasi yang dapat dipakai bersama
secara distributif inilah makna metafora maupun simile dapat direkonstruksi.
Semakin banyak predikasi yang dapat dimunculkan, akan semakin baik dan jelas
makna metafora dan simile.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tentu, pada saat mencoba mendeskripsi predikasi-predikasi
suatu lambang, dimungkinkan muncul predikasi tertentu yang tidak dapat berlaku
pada komponen yang dilambangkan. Untuk itu, predikasi-predikasi itu harus
memenuhi dua kreiteria, yaitu berterima (<i>appropriatness</i>)
dan logis (<i>logic</i>). Berterima
maksudnya predikasi itu layak dan dapat diterima sebagai ekspresi komunikasi
yang wajar dalam kehidupan sehari-hari. Sementara, logis maksudnya predikasi
itu merupakan pernyataan yang dapat diterima akal sehat. Sebagai contoh, pada
kalimat metaforis <i>wajahmu bulan purnama, </i>predikasi
<i>benda ruang angkasa </i>dapat berlaku
pada komponen <i>bulan purnama, </i>tetapi
tidak berlaku pada komponen <i>wajahmu. </i>Salah
satu predikasi yang memenuhi kriteria di atas untuk kalimat metaforis ini
adalah <i>indah dipandang.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Untuk lebih
jelasnya, </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">pada kalimat metaforis </span><i><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Waktu
adalah uang</span></i><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">, kata <i>waktu</i>
sebagai komponen yang dilambangkan, <i>uang</i>
sebagai komponen yang melambangkan (lambang). Predikasi-predikasi yang dapat
dipakai bersama adalah <i>berguna, berharga,
sangat dibutuhkan, dipakai secara teratur</i>. Bila dipakai dalam kalimat,
sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 92.15pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 4.0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">(1)<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><i><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Uang</span></i><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> itu berguna bagi
setiap orang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 92.15pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 4.0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">(2)<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Dalam kehidupan
sehari-hari, <i>uang</i> sangat berharga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 92.15pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 4.0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">(3)<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><i><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Uang</span></i><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> sangat dibutuhkan
siapa saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 92.15pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 4.0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">(4)<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><i><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Uang</span></i><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">
harus dipakai secara teratur. </span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Setiap kata <i>uang </i>pada kalimat-kalimat di atas, dapat
didistribusi dengan kata <i>waktu</i>. Ini
membuktikan predikasi-predikasi itu dapat dipakai bersama antara <i>signifier</i> uang dengan <i>signified</i> waktu. Dengan demikian, makna
yang dimaksud ungkapan tersebut adalah <i>waktu
itu berharga nilainya, sangat berguna bagi siapa saja, sangat dibutuhkan siapa
saja, dan harus dipakai secara teratur sebagaimana uang</i>. Proses
rekonstruksi makna kias seperti itu digambarkan seperti bagan berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.4pt;">
<b><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aplikasi dalam Pembelajaran<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penerapan teknik ini dalam pembelajaran dapat
menggunakan metode apa saja, bergantung situasi dan kreativitas guru. Yang
terpenting, dalam pelaksanaannya dilakukan empat tahap kegiatan belajar yang disebut dengan DVD-R, yaitu <i>deskripsi, verifikasi, distribusi, </i>dan<i> rekonstruksi. Deskripsi </i>merupakan
kegiatan mencari, menemukan, dan menuliskan predikasi-predikasi yang mungkin
berlaku atas suatu lambang. <i>Verifikasi </i>merupakan kegiatan <i>rechek </i>oleh teman untuk memastikan apakah predikasi-predikasi yang
ditemukan telah memenuhi azas </span><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">berterima
(<i>appropriatness</i>) dan logis (<i>logic</i>). <i>Distribusi </i>merupakan
kegiatan menyusun kalimat sederhana dengan lambang dan predikasi-predikasi,
kemudian menukarkan lambang dengan komponen yang dilambangkan. Dan, <i>rekonstruksi </i>merupakan kegiatan
menjabarkan makna yang dikandung metafora atau simile berdasarkan
pengertian-pengertian kalimat hasil kegiatan distribusi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebagai sebuah model, penulis telah melakukan kegiatan
pembelajaran sebagai berikut. </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada tahap
perencanaan, di</span><span lang="PT-BR" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">siapkan beberapa puisi yang relevan dan memiliki
tingkat kesulitan yang relatif sama. Dipersiapkan pula perangkat pembelajaran,
termasuk lembar lembar kerja siswa dan perangkat <i>post test.</i></span><span lang="PT-BR" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada tahap pelaksanaan, dijelas</span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">kan
cara memahami metafora dan simile dengan <i>teknik
distribusi predikasi </i></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">beserta
contohnya</span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> melalui <i>LCD Projector</i>. </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selanjutnya,
siswa dibagi mengadi 8 kelompok. Empat kelompok yang pertama , yaitu kelompok
A,B,C, dan D merupakan lingkar kelompok I (LK1), empat kelompok yang kedua ,
yaitu kelompok E,F,G, dan H merupakan lingkar kelompok II (LK2). LK melakukan
kegiatan belajar <i>mendeskripsi,
memverifikasi, mendistribusi, </i>dan<i>
merekonstruksi. </i>Masing-masing LK diberi sebuah teks puisi yang berbeda.
Selanjutnya, pada LK1, begitu pula pada LK2, kegiatan belajar berlangsung
sebagai berikut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1) Deskripsi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Semua kelompok dalam LK membaca bersama teks puisi , lalu ditetapkan
gaya bahasa metafora atau simile yang terdapat di dalamnya. Metafora atau
simile yang ditemukan beserta lambang<i> </i>dan
yang dilambangkan dituliskan dalam lembar kerja. Setiap anggota kelompokdalam
LK, secara bergiliran, mengajukan sebuah
predikasi mungkin berlaku pada lambang
dengan cara menjawab pertanyaan “Apakah yang dapat Anda katakan tentang lambang
itu?” Jika semua anggota telah memberi jawaban, maka didapatkan deskripsi
predikasi sebanyak 5 buah. Kelima predikasi ditulis dalam lembar kerja siswa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2) Verifikasi <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Lembar kerja kelompok A diverifikasi kelompok B, lembar kerja kelompok B
diverifikasi kelompok C, dan seterusnya. Pada saat kelompok B memverifikasi
lembar kerja kelompok A, dilakukan dua kegiatan, yaitu 1) me-<i>rechek </i>apakah predikasi-predikasi telah
memenuhi azas </span><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">berterima (<i>appropriatness</i>) dan logis (<i>logic</i>),</span><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2)
predikasi yang tidak diajukan (ditulis) oleh kelompok A, tetapi diajukan oleh
kelompok B dalam lembar kerjanya, ditambahkan pada lembar kerja kelompok A.
Setelah itu, lembar kelompok A oleh kelompok B diberikan pada kelompok C untuk
dilakukan hal yang sama. Kegiatan ini terus berlangsung berputar, samapi akhirnya
lembar kelompok A kembali pada kelompok A. Hasilnya, lembar kerja masing-masing
kelompok pada LK1 akan sama. Kegiatan yang serupa juga terjadi pada LK2.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3) Distribusi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada kegiatan tahap 3 ini, tiap-tiap kelompok dalam LK
menyusun beberapa kalimat dengan menggunakan predikasi-predikasi yang ada atas
lambang. Kalimat sederhana sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
Kalimat-kalimat ditulis dalam lembar kerja. Setelah itu, unsur subjek pada
masing-masing kalimat diganti dengan komponen yang dilambangkan dalam metafora
atau simile. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<b><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4) Rekonstruksi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada
tahap terakhir ini, setiap kelompok pada masing–masing LK merumuskan makna metafora
atau simile berdasarkan pengertian-pengertian yang terkandung dalam kalimat
hasil distribusi. Rumusan makna tersebut ditulis dalam lembar kerja, keludian disampaikan secara
lisan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam kegiatan penutup, rumusan makna metafora atau simile yang diajukan
secara lisan oleh tiap-tiap kelompok pada masing-masing LK dimungkinkan ada
sedikit perbedaan. Untuk itu,
masing-masing LK diminta menyimpulkan sebuah rumusan makna metafora atau simile
yang telah dipelajari. Setelah selesai, lembar kerja dikumpulkan dan dilanjutkan
dengan kegiatan <i>post test.</i> Demikian,
semoga tulisan ini berguna bagi siapa saja yang peduli terhadap peningkatan
kualias PBM dan hasilnya dalam bidang gaya bahasa, khususnya metafora dan
simile. <o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 0cm;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 0cm;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 0cm;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;">
<span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">DAFTAR
RUJUKAN</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 99.25pt; mso-add-space: auto; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 99.25pt; mso-add-space: auto; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<span lang="IN">Endraswara, Suwardi. 2003.
<i>Metodologi Penelitian Sastra, Epistimologi
Model Teori dan Aplikasi</i>. <st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>:
Pustaka Widyatama</span>.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<span lang="IN">Effendy, Akip. 2009. Metafora dalam Puisi Remaja pada
Majalah Sastra <i>Horison</i>. Tesis</span> tidak diterbitkan. Malang: PPS Unisma.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<span lang="IN">Kemmis</span>, <span lang="IN"> Stephen
and McTaggart. 1988. <i>The action research
planner</i></span>. <span lang="IN">Victoria:
<st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Deakin</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype></st1:place> Press</span>. <span lang="IN">3<sup>rd</sup> ed.</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<span lang="IN">Keraf, Gorys. 2006. <i>Diksi dan <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Gaya</st1:place></st1:city> Bahasa</i>. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>: PT Gramedia.</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<span lang="SV">Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. <i>Pengkajian
Puisi</i>. </span><span lang="PT-BR">Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<span lang="PT-BR">Saeed, John I. 2005. <i>Semantics.</i> Malden, Oxford, Vitoria :
Blackwell Publishing.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<span lang="PT-BR">Siswantoro. </span><span lang="FI">2005. <i>Apresiasi Puisi-puisi Sastra Inggris</i>.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<span lang="FI">Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. <i>Apresiasi
Kesusastraan</i>. Jakarta: PT Gramedia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<span lang="FI">Wahab, Abdul. 1989. <i>Pendekatan Psikolinguistik
terhadap Metafora dan Implikasinya dalam Pengajaran Sastra</i>, dalam <i>Puitika. </i>HISKI Komisariat Malang. Malang:
YA3.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<span lang="FI">Wahab, Abdul. 2005. <i>Butir-butir
Linguistik</i>. Surabaya: Airlangga University Press.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-left: 70.9pt; text-align: left; text-indent: -70.9pt;">
<span lang="FI">Waluyo, Herman J. 1987. <i>Teori dan
Apresiasi Puisi</i>. Jakarta: Erlangga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<br />akip effendyhttp://www.blogger.com/profile/01491055190392038571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1178892305411802686.post-5327156648780949042012-03-05T05:46:00.002-08:002012-03-05T06:29:13.525-08:00<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; text-align: center;">
<v:shapetype coordsize="21600,21600" filled="f" id="_x0000_t75" o:preferrelative="t" o:spt="75" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter">
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0">
<v:f eqn="sum @0 1 0">
<v:f eqn="sum 0 0 @1">
<v:f eqn="prod @2 1 2">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @0 0 1">
<v:f eqn="prod @6 1 2">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="sum @8 21600 0">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @10 21600 0">
</v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:formulas>
<v:path gradientshapeok="t" o:connecttype="rect" o:extrusionok="f">
<o:lock aspectratio="t" v:ext="edit">
</o:lock></v:path></v:stroke></v:shapetype></div>
<v:shape alt="GR 1.jpg" id="Picture_x0020_2" o:spid="_x0000_s1043" style="height: 138.35pt; left: 0; margin-left: 0; margin-top: 0; mso-position-horizontal-relative: margin; mso-position-horizontal: left; mso-position-vertical-relative: margin; mso-position-vertical: top; mso-vrap-distance-bottom: 0; mso-wrap-distance-left: 9pt; mso-wrap-distance-right: 9pt; mso-wrap-distance-top: 0; mso-wrap-style: square; position: absolute; text-align: left; visibility: visible; width: 110.8pt; z-index: 18;" type="#_x0000_t75">
<v:imagedata o:title="GR 1" src="file:///C:\Users\WINDOW~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg">
<w:wrap anchorx="margin" anchory="margin" type="square">
</w:wrap></v:imagedata></v:shape><b></b><br />
<div style="text-align: center;">
<b><b><span style="color: blue;">MEMAHAMI BAHASA
KIAS </span></b></b><br />
<b><b><span style="color: blue;">PUISI “SAJAK” </span></b></b><b><b><span style="color: blue;">KARYA HARTOJO ANDANGDJAJA</span></b></b></div>
<b>
<o:p></o:p></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; text-align: center;">
<b><i>Sebuah Aplikasi Pendekatan Tekstual<o:p></o:p></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; text-align: center;">
<span lang="FI"><span style="color: magenta;">Oleh : Drs. Akip
Effendy, M.Pd.<o:p></o:p></span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-right: -4.65pt; text-align: center;">
<span lang="FI"><span style="color: magenta;">(Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Tegaldlimo
Banyuwangi)<o:p></o:p></span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-right: -4.65pt; text-align: center;">
<span lang="FI"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-MQicEItUC20/T1TCSVPt59I/AAAAAAAAAEQ/DKN3QysjDIQ/s1600/12.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4rppR_iGtDjOgNiUvZlysUH1kXrTR4-cw-hqi0kzpAzdhndcW_bDqVPD2lbp8M6ySVp2_kVGapIrv2gohGlKZVDEsl82X26nFcsUoo06SThAbitDzWf3qgeys24ZyIeUmAtX06XJaCW5c/s200/12.jpg" width="150" /></a><span lang="FI">Studi terhadap bahasa kias
puisi pada dasarnya telah banyak dilakukan orang dengan model, landasan teori,
dan pendekatan yang berbeda-beda. Keberagaman
aplikasi model, landasan teori, dan pendekatan seperti itu, tentu merupakan
suatu bentuk usaha yang sangat positif terhadap perkembangan kajian bahasa kias
puisi khususnya dan bahasa kesusastraan pada
umumnya. Hasilnya pun menunjukkan corak
fenomena yang beragam pula meskipun dilakukan terhadap objek (puisi) yang sama.
Kenyataan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta dan pengkaji
bahasa kias puisi. Puisi merupakan
produk kesusastraan yang multidimesnsional,
memiliki daya hidup, keindahan dan kedalaman makna yang dikandungnya sangat
misterius. Itu semua hanya dapat diteropong jika kita tidak saja memiliki
kompetensi linguistik, sosial, budaya yang
memadahi, melainkan juga harus memiliki kepekaan <i>feeling</i> yang tajam dan terlatih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="FI"> Dalam tulisan ini, puisi <i>Sajak</i>
karya Hartojo Andangdjaja didudukkan sebagai sebuah wacana sastra yang
otonom. Bahasa kias puisi dipandang
sebagai unit paparan yang memiliki kesatuan fungsi bentuk, pengertian, dan
nilai-nilai estetika tertentu. Wujud konkret unit paparan bahasa tersebut
berupa relasi kata-kata sebagaimana terpapar dalam satuan-satuan larik puisi.
Keberadaan bahasa kias dalam satuan unit struktur tetentu dalam wacana puisi,
selalu terkait dengan totalitas satuan-satuan unit struktur lain yang membangun
puisi tersebut secara integral. Makna unit paparan bahasa kias selalu bersifat <i>implied </i>dan disajikan penyair secara
simbolis lewat citraan yang dikandung oleh pola dan jenis figurasi bahasa yang
dipakai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="FI">Dengan
demikian, upaya pemaknaan terhadap sebuah satuan unit struktur, juga harus
mempertimbangkan satuan unit struktur lain yang hadir secara simultan dalam
puisi. </span><span lang="SV">Satuan-satuan unit
struktur yang hadir secara simultan itu memiliki tautan citraan dan pendaran
makna antara satu dengan lainnya. Pertalian semacam ini biasanya diindikatori
oleh (1) kehadiran fonem-fonem yang memiliki relasi secara anaforik, (2) adanya
diksi-diksi yang memiliki jaringan kolokasional, (3) adanya konotasi makna
sebagai akibat relasi semantis unsur-unsur kebahasan antar satuan unit
struktur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Sementara
itu, sebagai satuan unit struktur formal yang dapat disegmentasikan dari satuan
unit yang lain, bahasa kias puisi dapat dipilah dan ditelaah melalui pola dan
jenis figurasi bahasa yang digunakan. Pola dan jenis figurasi bahasa dalam
suatu puisi keberadaannya sengaja dirancang oleh penyair agar paparan bahasa
yang khas itu mampu mewadahi gagasan penyair sebanyak-banyaknya. Penggunaan
bahasa seara khas seperti itu juga berfungsi memberikan partisipasi dalam usaha
penciptaan suasana imajinatif serta mampu memberi efek estetis tertentu pada
puisi.</span><span style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 1cm;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: list 108.7pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: list 108.7pt;">
<b><span lang="SV"><span style="color: blue;">Keberadaan Bahas Kias </span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Keberadaan
bahasa kias diindikatori oleh adanya (1) tautan pendaran, (2) jaringan
kolokasional, dan (3) pusat rujukan semantis. Relasi semantis terjadi
antarunsur yang ada dan dipakai secara serempak (simultan) dalam suatu puisi.
Terjadinya relasi itu, baik antarunsur yang berdistribusi dalam satuan unit
struktur yang sama maunpun tidak, dapat memunculkan citraan semantis baru unsur
itu. Citraan semantis baru sebagai akibat relasi semantis itu mengakibatkan
unsur-unsur itu tidak lagi mempertahankan konsep leksikalitasnya, melainkan
secara kreaatif melahirkan citran semantis
lain yang tidak berlaku secara umum, bahkan mungkin eksklusif karena secara
orisinal hanya ada dan diupakai dalam puisi tertentu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Tautan
pendaran merupakan kumpulan kata yang mempunyai persamaan bunyi secara anaforik
yang lazim berupa bunyi akhir. Kata-kata yang tergabung dalam tautan pendaran tertentu
memiliki pertalian semantis secara asosiatif. Jaringan kolokasional merupakan
makna kata-kata yang secara asosiatif muncul akibat adanya pertautan semantis
secara regular meskipun masing-masing kata berada dalam distribusi yang
berbeda. Sementara, pusat rujukan merupakan konsep makna suatu unsur pembangun
unit struktur terntentu yang menjadi sentra acuan pelacakan konsep makna
unsur-unsur pembangun yang lain. Ia menjadi acuan pelacakan citraan semantis
baru, baik unsur pada unit satruktur yang sama maupun unit struktur yang berbeda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 46.75pt 84.15pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: list 108.7pt;">
<b><span lang="SV"><span style="color: blue;">Kelengkapan Unsur Fungsional</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Meskipun
keberadaan sisten bahasa sastra bersifat sekunder, bahasa kias yang merupakan
unit paparan bahasa yang memiliki struktur formal, dalam kajiannya tak dapat
dilepaskan dari sistem primernya, yakni sistem linguistik. Dengan demikian,
unit struktur formal dikatakan lengkap apabila unit struktur itu telah memiliki
unsur fungsional secara lengkap. Kelengkapan unsur tersebut dalam satu satuan
unit sekurang-kurangnya terdapat unsur pelaku jenis lakuan dan unsur
predikatoris secara lengkap unsur-unsur fungsional itu adalah sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="FI">1.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span lang="FI">subjek:
persona – nomina topik yang melakukan jenis lakuan tertentu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="FI">2.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span lang="FI">predikator:
jenis lakuan yang berkaitan dengan subyek yang dibicarakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="FI">3.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span lang="FI">komplemen:
obyek lakuan persona atau nomina penyerta predikator.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="SV">4.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span lang="SV">adjunct:
keterangan yang lazim ada pada struktur hipotaktis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="SV">5.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span lang="SV">arbitrera:
unsur unit struktur yang bersifat manasuka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 28.05pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 56.1pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV"><span style="color: blue;">Identifikasi Satuan Unit Struktur yang Dicurigai</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span lang="SV"> Identifikasi dilakukan berdasarkan
citraan makna secara sederhana terhadap satuan-satuan unit struktur yan
diurigai sebagai bahasa kias. Terlebih dahulu, puisi tersebut dipaparkan
sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -4.65pt; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 168.3pt 364.65pt;">
<span lang="SV"> SAJAK<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 158.95pt 364.65pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">Sajak
ialah kenangan yang tercinta (1)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">mencari
jejakmu, di dunia (2)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="largin-right: -4.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">Ia
mengelana di tanah-tanah indah (3)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">lewat
bukit dan lembah (4)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">dan
kadang tertegun tiba-tiba membaca (5)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">jejak
kakimu di sana (6)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">Semantara
di mukanya masih menunggu (7)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">yojana
biru (8)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">Kaki
langit yang jauh (9)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">Jarak-jarak
yang harus ditempuh (10)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">Ia
makin rindu (11)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">dalam
do’a, dan bersimpuh, (12)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">Tuhanku
......... (13)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 74.8pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">Sajak
ialah kenangan yang tercinta (14)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">mencari
jejakmu, di dunia (15)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 28.05pt 56.1pt; text-align: justify; text-indent: -9.35pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Secara
sederhana, satuan citraan yang terkandung dalam ”Sajak” ini mengacu pada
gambaran (1) sajak merupakan kenangan tercinta selalu mencari jejak kehidupan
dunia, (2) sajak berkelana di tanah-tanah yang indah melewati bukit dan lembah,
(3) sajak kadang-kadang tertegun secara tiba-tiba bila membaca jejak kehidupan
( -mu, manusia) di dunia, (4) sementara di mukanya masih menunggu sebuah yojana
biru, kaki langit yang jauh yang mengandung gambaran jarak (perjalanan hidup)
yang harus ditempuh, dan (5) sajak makin rindu, bahkan ia berdoa dan bersimpuh
pada Tuhan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Berdasarkan citraan
sederhana itu, satuan-satuan unit struktur yang dapat dicurigai adalah sebagai
berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="FI">Sajak
ialah kenangan yang terinta (1)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="FI">mencari
jejakmu, di dunia (2)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="IT">Ia
mengelana di tanah-tanah indah (3)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="IT">lewat
bukit dan lembah (4)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="IT">dan
kadang tertegun tiba-tiba, membaca (5)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="IT">......................................................................<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="IT">Sementara
di mukanya masih menunggu (7)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="IT">yojana
biru (8)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="FI">Kaki
langit yang jauh (9)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="FI">Jarak-jarak
yang harus ditempuh (10)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 3.0cm; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 84.15pt 336.6pt; text-align: justify;">
<i><span lang="FI">......................................................................<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 28.05pt 56.1pt; text-align: justify; text-indent: -9.35pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 56.1pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV"><span style="color: blue;">Tautan Pendaran, Jaringan Kolokasional, dan Pusat
Rujukan Semantis</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span lang="SV"> </span><span lang="FI">Untuk mengetahui bahwa satuan-satuan unit paparan itu merupakan bahasa kias
atau bukan, perlu diadakan analisis pembuktian terhadap unsur-unsur pada
masaing-masing satuan unit, apakah unsur-unsur yang dikandung oleh
masing-masing satuan unit itu memiliki tautan pendaran makna, hubungan
kolokasional, dan satu kesatuan pusat rujuakan? Dalam telaah bahasa kias, yang
menerapkan pendekatan tekstual, tiga fenomena ini harus dimiliki oleh bentuk
bahasa kias tertentu dalam puisi. Berkaitan dengan itu, dalam puisi ”Sajak”
karya Hartodjo Andangdjaja, ditemukan fenomena sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -4.65pt; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 74.8pt; text-align: justify;">
<span lang="FI">(1) Tautan Pendaran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="FI"> Pada satuan unit struktur yang
dicurigai yang terdiri atas larik-larik 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 10 masing-masing
memiliki unsur pertalian bunyi /a/ yaitu
pada hubungan antarkata <b><i>tercinta</i></b> pada larik 1<b>, <i>dunia</i></b>
pada larik 2, <b><i>mengelana</i></b> pada larik 3, <b><i>membaca</i></b><i> </i>pada larik 5, <b><i>dimukanya</i></b> pada larik 7, dan <b><i>yojana</i></b><i> </i>pada larik 8. sedangkan, pada
larik-larik yang lain masih ada pertalian bunyi lagi, yaitu pada hubungan
antarkata <b><i>tanah-tanah indah</i></b> pada larik 3, <b><i>lembah</i></b> pada larik 3, <b><i>jauh</i></b><i> </i>pada larik 9, dan <b><i>ditempuh</i></b><i> </i>pada larik 10. Dua kelompok hubungan
antarkata ini memiliki hubungan pertautan bunyi secara anaforik, yaitu bunyi
/a/ dan /h/.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;">
<span lang="FI"> Kedua kelompok kata yang memiliki
hubungan pertautan bunyi itu merupakan unsur-unsur yang hadir secara simultan
sehingga pemaknaan terhadap satu unsur, selain harus memperhatikan pautan
semantis unsur tersebut dalam satuannya masing-masing, juga harus memperhatikan
hubungan unsur tersebut dengan unsur yang lain yang telah memiliki pertautan
bunyi secara anaforik. Misalnya, siapakah yang <b><i>mengelana</i></b> itu? Yang <b><i>mengelana</i></b>
tentu yang <b><i>tercinta</i></b>. Siapakah yang <b><i>membaca</i></b> itu? Tentu yang <b><i>mengelana</i></b>.
Denan demikian, yang <b><i>tercinta</i></b> melakukan <b><i>kelana</i></b>
adalah untuk <b><i>membaca</i></b><i> </i> jejak kehidupan di dunia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span lang="FI"> Begitu juga dengan satuan unit
struktur yang kedua, karena mempunyai pertalian bunyi secara anaforik, maka
pemaknaan atau pencarian gambaran semantis unsur yang satu tidak boleh dilepaskan
begitu saja dari unsur yang lain yang ada atau hadir secara serempak dalam
satuan unit sturktur itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -4.65pt; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 21.3pt;">
<span lang="FI">(2) Jaringan
Kolokasional <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="FI"> Adanya pertalian bunyi secara anaforik pada
dua kelompok kata atau dua satuan unit struktur tersebut mengakibatkan unsur-unsur
masing-masin kelompok itu memiliki pertalian makna secara tetap meskipun
unsur-unsur itu berada pada distribusi yang berlainan. Pertalian semantis
secara tetap ini membuktikan adanya jaringan kolokasional antar diksi yang ada,
baik pada kelompok yang pertama maunpun pada kelompok kata yang kedua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="FI">Jaringan
kolokasional pada kelompok kata yang terdapat dalam satuan unit struktu yang
pertama adalah <i>tercinta---dunia---mengelana---membaca---di mukanya---yojana.</i> Kelompok
kata ini dinyatakan mempunyai hubungan kolokasional karena hal yang <i>terinta </i>itu memiliki alternatif tempat
kegiatan, yakni<i> dunia</i>. <i>Dunia </i>memang merupakan tempat untuk <i>mengelana</i>. Salah satu alternatif
kegiataan dalam <i>pengelanaannya </i>adalah
<i>membaca.</i> Karena sering <i>mengelana,</i> sampai-sampai <i>di mukanya</i> tergambar sebuah tergambar sebuah <i>yojana</i>, sebagai lukisan liku-liku kehidupan di dunia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="FI">Sementara
itu, kelompok kata yang kedua juga memiliki pertalian semantis secara tetap
yang terjalin dalam kata-kata <i>tanah-tanah
indah---lembah---jauh---ditempuh.</i> Kelompok kata ini dinyatakan mempunyai
hubungan kolokasional karena alternatif adanya <i>tanah-tanah indah </i> itu adalah
di <i>lembah,</i> atau untuk mencari <i>tanah-tanah indah</i> itu harus dengan
menyusuri <i>lembah</i> sebagai simbol
rintangan, kesulitan, kesukaran untuk mendapatkan <i>tanah-tanah indah</i> yang merupakan kebahagiaan dan kesenangan dalam
liku-liku kehidupan. Ia (si <i>Sajak</i>)
harus melintasi jarak yang <i>jauh</i> untuk
mendapatkan <i>tanah-tanah indah </i>itu.
Jarak yang <i>jauh </i>itu merupakan gambaran
perjalanan kehidupan yang memerlukan kesabaran dan waktu yang lama. Namun
demikian, jarak itu harus <i>ditempuh.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="FI">Melalui
analisis semantis secara berangkai seperti di atas, dapat diambil pengertian
bahwa secara tetap masing-masing kelompok kata memiliki pertautan semantis
sebagai akibat adanya jaringan kolokasional di antara diksi-diksi yang dipakai
secara serempak dalam satuan-satuan unit struktur itu. Sederet kata yang
tergabung dalam sebuah jaringan kolokasional dalam satuan unit struktur paparan
dalam puisi, bersama-sama membangun sebuah gambaran semantis tertentu sehingga
secara konkret melahirkan penggunaan bahasa kias tertentu pula.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -4.65pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 21.3pt;">
<span lang="FI">(3) Pusat
Rujukan <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="FI">Pusat
rujukan semantis dapat dilihat dari runtun aspek semantis kata-kata yang
mempunyai tautan pendaran dan jaringan kolokasional. Pada kelompok kata yang
pertama, dapat dilihat bahwa hal yang <i>terinta</i>
itu mengacu pada <i>sajak, </i>sedankan <i>dunia</i> memiliki hubungan dengan dengan
yang <i>tercinta.</i> Aspek semantis <i>mengelana </i>memiliki hubungan dengan <i>mengelana. </i>Aspek semantis <i>mengelana</i> memiliki hubunan dengan <i>membaca</i>. <i>Membaca </i>memiliki hubunan denan <i>di
mukanya</i>. Sementara aspek semantis <i>di
mukanya</i> tak dapat lepas dari aspek semantis <i>yojana.</i> Oleh karena semua kata memiliki runtun makna dengan kata <i>tercinta</i>, sedangkan kata itu memiliki
hubungan dengan <i>Sajak</i> sebagai pusat
pembicaraan (subyek, nomina pelaku dalam suatu struktur kalimat/ungkapan), maka
dapat diartikan bahwa secara implisit keseluruhan aspek semantis kata-kata itu
mengacu pada <i>Sajak</i> sebagai pusat
rujukan. Predikatoris <i>mengelana</i> dan <i>membaca</i> berlaku pada subyek yang <i>tercinta, </i>yaitu <i>Sajak.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 75.75pt 102.85pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Pada kelompok kata yang kedua, aspek semantis kata<i>lembah</i> bertalian dengan aspek semantis
kata <i>tanah-tanah indah</i>. </span><i><span lang="FI">Tanah-tanah
indah</span></i><span lang="FI"> merupakan <i>adjunct</i> dari unsur predikatoris unit
strukturnya. Sementara, unsur itu mengacu pada upaya penjelasan jenis lakuan
subyek <i>Ia</i> pada <i>Ia mengelana di tanah-tanah indah.</i> Jadi, aspek semantis semua unsur
dalan satuan unit struktur ini pun merujuk pada <i>Sajak </i>sebagai pusat rujukan. </span><span lang="SV">Aspek semantis <i>jauh</i> berkolokasi
dengan aspek semantis <i>ditempuh.</i> Hal
ini karena <i>jauh </i>dan <i>ditempuh </i>mempunyai tautan pendaran
dengan <i>lembah</i> dan <i>tanah-tanah indah. </i>Sementara itu, <i>lembah</i> dan <i>tanah-tanah indah</i> merujuk pada <i>Sajak.
</i>Dengan demikian, <i>jauh </i>dan <i>ditempuh</i> pun merujuk pada <i>Sajak.
<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 75.75pt 102.85pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Keseluruhan diksi pada kelompok kata, baik yang
pertama maupun yang kedua, mengacu pada <i>Sajak</i>
sebagai pusat rujukan. <i>Sajak</i> sebagai
topik pembicaraan, pusat rujukan semantis semua unsur pada tiap-tiap satuan
unit struktur paparan, dengan sendirinya nomina non-persona ini berperan
sebagai subyek atas predikatoris <i>mengelana</i>
dan<i> membaca </i>dalam struktur
paparan puisi itu. Predikatoris<i> mengelana</i> dan<i> membaca</i> ini merupakan predikatoris yang hanya berlaku untuk
persona. Sehingga, keseluruhan makna yang dibangun mengacu pada pemenuhan
syarat terbentuknya struktur bahasa kias personifikasi. Kedua kelompok kata
yang memiliki tautan pendaran dan jaringan kolokasional itu digambarkan sebagai
berikut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<div style="text-align: -webkit-auto;">
<br />
<span style="line-height: 24px;">Tercinta</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px;">
Dunia</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px;">
Mengelana</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px;">
SAJAK -------- Membaca</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px;">
Di mukanya</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px;">
Yojana</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px;">
Tanah-tanah indah</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px;">
SAJAK --------- Lembah</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px;">
Jauh</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px;">
Ditempuh</div>
<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt;">
<b><span lang="SV"><span style="color: blue;">Relasi Semantis</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Pada
masing-masing unsur tiap satuan unit struktur, baik di dalam maupun di luar
satuan sunit struktur itu, muncul konotasi makna sebagai akibat pautan
semantis. Kata <i>mengelana,</i> pada satuan
unit struktur yang pertama, dalam <i>Ia
mengelana di tanah—tanah indah,</i> telah lepas dari makna literalnya sebagai
pengaruh dari hubungannya dengan makna <i>Ia</i>
(Sajak). Konotasi yang muncul sebagai akibat adanya relasi semantis antarunsur
dalam satuan unit struktur itu. Begitu juga dengan kata <i>di mukanya,</i> dalam <i>sementara
di mukanya masih menunggu,</i> secara tersurat dalam larik ini dinyatakan bahwa
ada sesuatu yang <i>menunggu</i>, dan yang
menunggu ada <i>di mukanya.</i> Dengan
demikian, secara terselubung akan lahir makna baru dari <i>di mukanya</i> itu sebagai akibat adanya tautan semantis dari kata <i>menunggu.</i> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Sementara,
relasi semantis unsur-unsur antarsatuan struktur, secara eksplisit diindikatori
oleh adanya tautan pendaran, kolokasi makna, dan pusat rujukan masing-masing
unsur yang saling berhubungan karena hadir secara simultan. Makna baru suatu
unsur dalam satuan unit struktur tertentu muncul karena relasi semantis yang
terjalin secara sintagmatis antarunsur dalam satuan unit struktur yang berbeda. Misalnya, kata <i>membaca</i>, secara integratif maknanya sudah tidak bersifat literal. Kata
<i>membaca</i> dalam <b><i>dan kadang tertegun tiba-tiba, membaca</i></b><i> </i>pada larik kelima ini, proses pencarian makna barunya harus
dilacak melalui tautan pendaran dan kolokasinya terhadap kata <i>mengelana</i> dalam <i> <b>Ia mengelana di tanah-tanah indah</b>.</i> Kedua kata itu dikatakan
mempunyai tautan pendaran dan jaringan kolokasional karena terdapatnya
pertalian bunyi /a/. Sementara, kata <i>mengelana</i>
mempunuyai rujukan <i>Ia </i>(Sajak). Dengan
demikian, kata <i>membaca</i> pun rujukannya
adalah <i>Ia </i>(Sajak) sehingga makna baru
kata <i>membaca </i> ini timbul karena adanya tautan semantisnya
dengan <i>Ia</i> (Sajak). Begitu pula halnya
dengan <i>tanah-tanah indah </i>dan <i>lembah</i>
dalam <i>Ia mengelana di tanah-tanah indah,</i> dan dalam <i>lewat
bukit dan lembah.</i> Makna barunya, pun timbul sebagai akibat adanya relasi kata-kata
itu dengan <i>Ia </i>(Sajak). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt;">
<b><span lang="SV"><span style="color: blue;">Kelengkapan Struktur Formal Gaya Bahasa </span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Kelengkapan
unsur fungsional unit paparan tertentu tak dapat dilepaskan dari struktur
formal unit paparan itu. Dengan demikian, berarti kembali menengok pada sistem
primer linguistik, yang mana unit paparan dinyatakan lengkap bila minimal telah
mempunyai unsur fungsional yang berupa subyek sebagai persona pelaku atau
nomina pusat pembicaraan, dan predikator sebagai abstraksi jenis lakuan
tertentu yang dilakukan subyek. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Unit
struktrur (larik) 1 dan 3 merupakan unit struktur yang lengkap, karena pada
larik 1 <i>Sajak ialah kenangan yang
tercinta,</i> dan pada larik 3 <i> Ia mengelana di tanah-tanah indah,</i>
masing-masing sudah terdapat nomina sebagai subyek dan sebagai pusat
pembicaraan (S), yaitu <i>Sajak </i>atau <i>Ia,</i> dan unsur predikatoris (P), yaitu
kata <i>kenangan </i>dan <i> mengelana.</i> Selasin itu, masing-masing
masih diperlengkap dengan adanya unsur leksikal yang bersifat hipotaktis
(Adjunct) yang berupa kata <i>tercinta</i>
dan frase <i>tanah-tanah indah.</i> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Pada unit struktur
2, 4, 5, 7, 8, 9, dan 10 merupakan unit-unit struktur yang tidak lengkap karena
unsur fungsional yang terpenting pada
unit 2, 4, 5, dan 7 dilesapkan, yaitu unsur fungsional yang berupa subyek (S)
sebagai nomina pusat pembicaraan dan pelaku jenis lakuan tetentu. Aunsur
pre3dikatoris unit-unit itu adalah<i>
mencari, lewat, tertegun, membaca, </i>dan <i>menunggu.</i>
Pada larik 2 terdapat komplemen <i>jejakmu</i>
dan <i>adjunct</i> berupa frase
preposisional <i>di dunia.</i> Pada larik 4,
5, dan 7 terdapat <i>adjunct </i>berupa <i>bukit dan lembah, tiba-tiba, </i>dan <i>di mukanya.</i> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Sementara
itu, pada larik 8 <i>yojana biru,</i> hanya merupakan unsur fungsional penyerta atau
tambahan, yakni komplemen. Predikator unit itu dilesapkan, begitu pula dengan
subyeknya. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam analisis relasi semantis pada
bagian sebelumnya, pusat rujukan unit-unit struktur itu adalah <i>Ia </i>(Sajak). Subyek ini tidak dihadirkan
secara khusus dalam larik 8. Larik 9 dan 10 dinyatakan sebagai satuan unit
struktur tidak lengkap karena unit-unit paparan itu hanya dibangun oleh unsur
subyek (S) <i>kaki langi</i> dan <i>jarak-jarak</i> yang diikuti <i>adjunct </i>berupa perluasan frase <i>yang jauh</i> dan klausan bawahan <i>yang harus ditempuh.<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt;">
<b><span lang="IT"><span style="color: blue;">Kategori Figurasi Bahasa </span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: justify;">
<span lang="IT"> Untuk menetahui sebuah satuan
struktur dapat dikategorikan sebagai jenis gaya bahasa tertentu, terlebih
dahulu harus mampu mengungkap makna terselubung yang terkandung dalam satuan
struktur itu. </span><span lang="SV">Makna
terselubung biasanya ditentukan oleh relasi semantis unsur-unsur dalam suatu
unit struktur sedang relasi semantis antarsatuan unit struktur dapat diketahui
dengan melacak tautan pendaran, jaringan kolokasional, dan pusat rujukan
semantis unsur-unsur yang ada di dalamnya. Selanjutnya, masing-masing satuan
unit satruktur (larik) dibahas sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: justify;">
<span lang="SV"> </span><span lang="SV" style="font-size: 8pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: center;">
<b><i><span lang="SV">Sajak
adalah kenangan yang tercinta</span></i></b><i><span lang="SV">.<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV"> Pada larik ini tidak perlu diadakan pelacakan
tautan pendaran, jaringan kolokasional, mapun pusat rujukan karena larik ini
merupakan larik pertama yang lenkap. Struktur larik ini merupakan bentuk gaya
bahasa metafora. Komposisi struuktur larik ini terdiri atas dua bagian yang
dikomparasikan secara lansung, yakni <i>Sajak</i>
dibandingkan atau dianalogikan secara langsung dengan <i>kenangan yang tercinta.</i> <i>Sajak
</i>sebagai unsur yang dibandingkan (tenor) sedangkan <i>kenangan yang tercinta </i>sebagai unsur yang dijadikan sebagai
pembanding (vehicle)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: justify;">
<span lang="SV"> </span><span lang="SV" style="font-size: 8pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: center;">
<b><i><span lang="SV">mencari
jejakmu, di dunia</span></i></b><span lang="SV">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<b><span lang="SV"> </span></b><span lang="SV">Pada larik ini terdapat kata <i>dunia</i> yang memiliki tauran pendaran dan
jaringan kolokasional dengan kata <i>tercinta
</i>yang ditandai dengan pertaliuan bunyi /a/.<i> </i>Sementara<i>,</i> kata <i>tercinta</i> merujuk pada kata <i>Sajak. </i>Dengan demikian, berarti satuan
unit struktur ini pun mempunyai pusat rujukan yang sama dengan unit struktur
sebelumnya, yakni <i>Sajak. </i>Artinya,
yang mencari <i>jejak </i>adalah <i>Si Sajak.</i> <i>Sajak </i>adalah unsur noninsani melakukan jenis lakuan insani. Jadi,
satuan paparan ini dapat digolongkan sebaai paparan berfigurasi personofikasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: justify;">
<span lang="SV"> <o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: center;">
<b><i><span lang="IT">Ia
mengelana di tanah-tanah indah.<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: justify;">
<i><span lang="IT"> </span></i><span lang="IT">Pada larik ini, kata <i>mengelana</i> memiliki pertalian bunyi /a/ dengan kata <i>tercinta </i>pada larik pertama. Sesuatu
yang dimaksud dengan <i>Ia</i> dalam larik
ini adalah yang <i>tercinta,, </i>yakni <i>Sajak </i>pula. Subyek pelaku dalam satuan
unit struktur ini ternyata tak berbeda pula dengan unit-unit sebelumnya. Dengan
bergitu, larik ini juga tergolong paparan bermajas personifikasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: justify;">
<span lang="IT"> Pertalian bunyi /h/ pada kata <i>lembah</i> dalam <b><i>lewat bukit dan lembah</i></b>,
dengan kata <i>tanah-tanah indah </i> dalam <b><i>ia mengelana di tanah-tanah indah</i></b>,
mengindikasikan bahwa larik itu pun
memiliki rujukan semantis pada kata <i>Sajak.</i>
Sehingga, dapat ditarik pengertian bahwa yang <i>lewat di bukit dan lembah</i> itu pun adalah <i>Sajak.</i> Dalam larik ini, <i>Sajak</i>
dikatakan sebagai seseorang yang melakukan kelana melintasi bukit dan lembah. <i>Sajak </i> yang bukan persona dapat berbuat sebagaimana
persona. Dengan demikian, larik ini pun bergaya bahasa personifikasi.<i> <o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 37.4pt 65.45pt; text-align: justify;">
<i><span lang="IT"> </span></i><span lang="IT">Begitu pun halnya dengan larik 5, <b><i>dan
kadang tertegun tiba-tiba, membaca. </i> </b>Ada
pertalian bunyi secara anaforik antara kata<i>
tiba-tiba </i>juga <i>membaca</i> dengan
kata <i>mengelana</i> pada larik 3, yakni
dengan bunyi /a/. Sementara, lakuan <i>mengelana,</i>
dalam penjelasan larik sebelumnya ditegaskan bahwa lakuan itu merupakan
aktivitas subyek <i>Sajak.</i> Kondisi ini
juga terjadi pada larik 11, <i> <b>Ia
makin rindu</b>,</i> dan larik 12 <b><i>dalam do’a, dan bersimpuh</i></b>. Subyek <i>Ia</i> merasakan apa yang hanya dapat
dirasakan manusia, yakni <i>rindu.</i> <i>Sajak </i>juga digambarkan sebagai seorang
yang melakukan <i>do’a</i> dan <i>bersimpuh</i> di hadapan Sang Pencipta.
Citraan semantis ini hanya ada dalam paparan bermajas personifikasi. Dengan
demikian, ketiga unit paparan yang terakhir ini pun tergolong dalam kategori
paparan bermajas personiikasi.<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 46.75pt; text-align: center; text-indent: -46.75pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 18.7pt; text-align: justify;">
<b><span lang="PT-BR"><span style="color: blue;">Kesimpulan</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -4.65pt; tab-stops: 1.0cm;">
<span lang="PT-BR"> Sesuai
dengan hasil analisis makna di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="lign: justify; line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: 14.2pt; text-indent: -14.2pt;">
<span lang="SV">1.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><span lang="PT-BR">Makna bahasa kias yang terkandung
dalam puisi ”Sajak” karya Hartojo Andangdjaya dapat ditelusuri dan dipahami
melalui analisis tautan pendaran, jaringan kolokasional, dan pusat rujukan
semantis antar</span><span lang="SV">satuan-satuan
unit struktur yang hadir secara simultan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: 14.2pt 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<span lang="SV">2.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Relasi semantis yang terjalin secara
sintaktis maupun sintagmatis mengakibatkan munculnya citraan semantis yang baru
sehingga unsur-unsur itu lepas dari konsep leksikalitasnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: 14.2pt 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<span lang="SV">3.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Di antara beberapa unit struktur yang
merupakan wujud paparan bahasa kias dalam puisi ”Sajak” karya Hartojo
Andangdjaja, ditemukan paparan-paparan bahasa kias yang memiliki struktur
formal secara lengkap dan tidak lengkap. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: 14.2pt 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<span lang="SV">4.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Jenis figurasi bahasa yang dipakai adalah figurasi kiasan, yakni personifikasi dan metafora. <o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; text-align: center;">
<span lang="SV">Daftar Rujukan<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-right: -4.65pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="SV">Aminuddin.
1987. <i>Pengantar Apresiasi Karya Sastra.</i>
Malang: CV Sinar Baru dan YA3. Cet.I<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="SV">---------------
1989. <i>Gaya Bahasa dan Pengembangan Model
Pengkajiannya</i>. </span><span lang="FI">JPBSI IKIP Malang
(UM)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="FI">---------------
1990. <i>Pendekatan Tekstuan dalam Analisis
Bahasa Kias Puisi.</i> JPBSI IKIP
Malang (UM)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="FI">Djajasudarma,
T. Fatimah. <i>Semantik 2.</i> Bandung: PT
Refika Aditama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="IT">Endraswara,
Suwardi. 2003. <i>Metodologi Penelitian
Sastra, Epistimologi Model Teori dan Aplikasi</i>. </span><span lang="FI">Yogyakarta: Pustaka Widyatama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
Freeborn,
Dennis. 1996. <i>Style, Text Analysis and
Linguistic Critism. </i>London : MacMillan Press Ltd.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
Griffith,
Kelley, Jr. 1982. <i>Writing Essays About
Literature. </i>New York, San Diego, Chiago, San Francisco, Atlanta, London,
Sydney, Toronto : Harcourt Brace Jovanovich Inc.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="FI">Keraf,
Gorys. 2006. <i>Diksi dan Gaya Bahasa</i>.
Jakarta: PT Gramedia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="FI">Pradopo,
Rachmat Djoko.2005. </span><i><span lang="SV">Pengkajian Puisi</span></i><span lang="SV">. </span><span lang="PT-BR">Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 458.15pt; text-align: justify; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="PT-BR">Saeed, John I. 2005. <i>Semantics.</i>
Malden, Oxford, Vitoria : Blackwell Publishing<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="PT-BR">Siswantoro. </span><span lang="FI">2005. <i>Apresiasi
Puisi-puisi Sastra Inggris</i>. Surakarta: Muhammadiyah University Press<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="FI">Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. <i>Apresiasi Kesusastraan</i>. Jakarta: PT
Gramedia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="FI">Teeuw, A. 1984. <i>Sastra dan Ilmu Sastra.</i> Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 46.75pt; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="FI">Waluyo, Herman J. 1987. <i>Teori dan Apresiasi Puisi</i>. Jakarta:
Erlangga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; tab-stops: 46.75pt; text-indent: -63.8pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.8pt; margin-right: -4.65pt; margin-top: 0cm; text-indent: -63.8pt;">
<span lang="FI">Wahab, Abdul. 1989. <i>Pendekatan Psikolinguistik terhadap Metafora dan Implikasinya dalam
Pengajaran Sastra</i>, dalam <i>Analisis Wacana dan Telaah Sastra</i>. Malang:
YA3<o:p></o:p></span></div>akip effendyhttp://www.blogger.com/profile/01491055190392038571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1178892305411802686.post-66046086576210069392012-03-01T17:04:00.000-08:002012-03-05T06:50:45.989-08:00<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span style="color: blue;">METAFORA
SEBAGAI REFLEKSI PSIKO-KOSMOLOGI ANDREA HIRATA<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span style="color: blue;">DALAM
NOVEL “LASKAR PELANGI”</span></b><br />
<b><span style="font-size: x-small;">Oleh: Drs. AKIP EFFENDY, M.Pd.</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo7; text-indent: -21.3pt;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1uK3iaUZ09RoFikfKrpzpXbC_T8qjwqtg2BJdkacTb5Cah9VUVwY2tu_Aqc6IEr5udiL3aE0VoVLczHIyeiuWGpmtCX0EVXh6HOz8WbAMwKM1eqOZ3_OohL6Gjv018su4VOrj4rLWGgla/s1600/15.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1uK3iaUZ09RoFikfKrpzpXbC_T8qjwqtg2BJdkacTb5Cah9VUVwY2tu_Aqc6IEr5udiL3aE0VoVLczHIyeiuWGpmtCX0EVXh6HOz8WbAMwKM1eqOZ3_OohL6Gjv018su4VOrj4rLWGgla/s200/15.jpg" width="150" /></a><b><span lang="IN"> A.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b>Metafora
Sebagai Sebuah Fenomena <span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="FI">Seorang sastrawan menggunakan bahasa sebagai alat
untuk berkomunikasi secara khas dalam puisi. Mereka menyatakan sesuatu dengan
caranya sendiri, dengan gayanya sendiri. Dalam kaitannya dengan penggunaan
bahasa secara khas ini, Teeuw (1984:70-72) mengemukakan bahwa sastrawan
seringkali memakai bahasa yang aneh atau istimewa, yang gelap atau yang
menyimpang dari bahasa sehari-hari, yakni bahasa yang oleh masyarakat
pemakainya dianggap sebagai bahasa yang normal. Tidak jarang ditemukan beberapa
sastrawan mengungkap masalah yang sama,
tapi dengan cara berungkap yang berbeda, baik berasal dari angkatan yang sama
maupun dari angkatan yang berbeda. Mereka menyampaikan pikiran dan perasaan
yang sama dengan gaya yang berbeda. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Kebiasaan cara berungkap yang khas di antara para sastrawan seperti itu,
oleh Pradopo ( 2005:93) dikatakan akan melahirkan corak gaya bahasa yang khas
pula di antara mereka. Setiap penyair memiliki keunikan sendiri-sendiri dalam
menyampaikan pikiran dan perasaannya dengan bahasa dalam karya sastra yang
diciptakannya. Mereka memiliki corak dan gayanya sendiri. Kenyataan seperti ini
menjadikan gaya bahasa dalam karya sastra, melekat pada diri pengarangnya. Gaya
bahasa merupakan jati diri pengarangnya. Dengan mengutip pendapat Middleton
Mury, Pradopo mengatakan bahwa gaya bahasa itu merupakan keistimewaan,
kekhususan, kekhasan (<i>idiosyncracy</i>)
pengarang. Oleh karena itu, selama di dunia ini ada sastrawanr, selama itu pula
pembicaraan tentang gaya bahasa dalam kesusastraan merupakan pembicaraan
menarik dan tidak ada habisnya.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Gaya bahasa itu mampu memberikan daya ungkap sekaligus daya tarik pada karya
sastra melalui lambang yang dipakai dan imaji yang ditimbulkan. Sebagaimana
yang disampaikan Sumardjo dan Saini (1986:27), jika diteliti lebih jauh, ternyata daya ungkap gaya bahasa, yang
digunakan dalam puisi (juga prosa), seperti simile, metafora dan personifikasi
itu datang dari daya ungkap citra (imaji) dan lambang yang dipakai dalam gaya
bahasa-gaya bahasa itu. Citra dan lambang mampu memberi gerak dan memberi daya
hidup. Citra dan lambang mampu mewakili dan menyampaikan gagasan, perasaan,
maupun pengalaman pengarang pada pembaca. Menyadari bahwa kekuatan gaya bahasa
seperti itu, para sastrawan tidak menyia-nyiakannya. Mereka banyak menggunakan
gaya bahasa dalam karya-karya mereka.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Di antara beberapa jenis gaya bahasa kiasan yang banyak digunakan, metafora
merupakan satu jenis gaya bahasa kiasan yang memiliki fenomena tersendiri. Ia
tidak hanya dapat memperlihatkan hubunganya dengan institusi-institusi lain
yang inheren dalam karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, maupun roman,
tetapi ia juga memperlihatkan fenomena keterkaitannya dengan segala sesuatu
yang ada di luar dunia sastra. Khususnya pada fenomena yang kedua ini, Wahab
(2006:71-95) menjelaskan bahwa metafora dapat dipakai melacak hubungannya
dengan latar belakang seorang sastrawan, sistem ekologinya (lingkungan hidup),
dan sosiokultural masyarakat di mana ia tinggal. Bahkan, sosiokultural suatu
masyarakat dapat dipetakan melalui metafora yang dipakai para sastrawan
masyarakat itu dalam karyanya. </span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo7; text-indent: -21.3pt;">
<b><span lang="IN">B.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span lang="IN">Ruang Persepsi Manusia<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Secara<i>
</i>denotatif kata ruang dapat diartikan tempat atau wilayah, kata persepsi
dapat diartikan anggapan. Ruang persepsi berarti dapat diartikan wilayah, daerah, tempat, areal, anggapan manusia
terhadap kehidupan. Yang menjadi dasar pemikhran peneliti ialah adanya
keyakinan tehadap, bahwa penutur bahasa ( dalam hal ini adalah pengarang ),
mempunyai pengalaman fisik, pengalaman batin, pengalaman kultural, pengalama
pendidikan secara khusus. Artinya pengalaman- pengalaman tersebut, antara
pengarang yang satu dengan pengarang yang lain tidak sama. Pengalaman fisik,
pengalaman,batin, budaya, pendidikan, sosial, pengarang akan tercitra dalam
ungkapan- ungkapan kalimat yang dipakai pada waktu mengarang. Dengan demikian
ungkapan pengalaman yang dipakai pengarang mencerminkan kategori medan
semantik, dan medang semantik sangat erat dan berpengaruh dengan lambang
metaforis yang dipakai sebagai sarana mewakili idenya.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Untuk
menggambarkan medan semantik ruang
persepsi manusia, para ahli bahasa masih mepercayai sistematika yang
diungkapkan oleh Michael C, Haley, seperti apa yang diungkapkan Wahab (dalam
Wahab,2006:86) Haley menempatkan satu topografi yang luas tentang kategori
semantik sebagai suatu hierarki yang mencerminkan ruang persepsi manusia. Atas
dasar itulah hierarki model Haley ini dapat dipakai untuk memetakan hubungan
yang sistematis antara lambang yang dipakai dalam metafora dan makna yang
dimaksudkan. </span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Model hierarki yang diusulkan oleh Haley itu dilukiskan sebagai
berikut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">1. Human</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">2. Animate</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">3. Living</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">4. Object</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">5. Terrestrial</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">6. Substantial</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">7. Energi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">8. Cosmic</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">9. Being</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"> Sebagaimana disarankan Haley, setiap kategori harus dihayati sebagai sub-kategori yang ada
di atasnya. Ini berarti kategori </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">HUMAN </i><span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">merupakan sub-kategori </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">ANIMATE,
ANIMATE</i><span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"> merupakan sub-kategori </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">LIVING</i><span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">,
begitu seterusnya samapai pada kategori yang teratas, yaitu </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">BEING.</i></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 36.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-indent: 45.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
Hierarkhi persepsi manusia terhadap ruang dimulai dari
tingkatan yang paling bawah, yaitu kehidupan atau tingkatan manusia itu
sendiri. Hal itu karena manusia dan
segala macam tingkah polahnya merupakan tingkatan terdekat dalam
kehidupannya.Sebagai contoh dlama metafora tersebut.</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 53.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; mso-list: l2 level1 lfo1; tab-stops: 9.0pt 36.0pt list 54.0pt; text-indent: -17.85pt;">
<span lang="FI">(1)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><i><span lang="FI">Mata Bu Mus berkilauan karena air mata
yang menggenang</span></i><span lang="FI">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; tab-stops: 9.0pt 36.0pt; text-indent: 9.0pt;">
<span lang="FI"> </span><span lang="IN"> </span><span lang="FI"> (
Hirata, Laskar Pelangi 6.19 ) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Kalimat di atas merupakan kalimat
metaforis dengan nomina <i>mata Bu Mus,</i>konsep
mata, adalah indera yang dimiliki oleh manusia, sedangkan Bu Mus adalah sebutan
atau prtedikat ataupaun julukan yang diberikan kepada seseorang. Namun
konsep-konsep tersebut terkategori dalam ruang lingkup persepsi kehidupan
manusia itu sendiri. Tingkatan ini terkategori tingkat<i> HUMAN.</i>Adapun satu
tingkatan di atas <i>HUMAN</i> adalah <i>ANIMATE </i>(makhluk bernyawa )
menurut Haley (dalam Wahab, 2006:77) manusia hanyalah satu bagian saja dari makhluk
bernyawa.Sebaliknya tidak semua makhluk bernyawa dapat dimasukkan ke dalam
kategori <i>HUMAN.</i> Hewan, misalnya, adalah makhluk bernyawa, tetapi hewan
bukanlah manusia. </span>Perhatikan
contoh berikut.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 53.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; mso-list: l3 level1 lfo2; tab-stops: 9.0pt 54.0pt list 88.5pt; text-indent: -52.45pt;">
<i>(1)<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;">
</span></i><i>Pikiran
ayahku melayang-layang ke pasar pagi atau ke keramba di tepian laut.<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 88.5pt; tab-stops: 9.0pt 54.0pt;">
<span lang="IN"> </span>( Hirata, Laskar Pelangi
3.12 )<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 54.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
Kata <i>melayang-layang</i>
menunjuk pada predikasi binatang yang dapat terbang seperti burung. Burung
terkategori ke dalam persepsi makhluk bernyawa tetapi dia bukan manusia,
melainkan hewan. Dalam hal ini burung termasuk dalam ruang persepsi kategori <i>ANIMATE.</i>
Selanjutnya , kategori di atas <i>ANIMATE </i>atau makhluk bernyawa adalah<i>
LIVING.</i> Menurut Wahab ( dalam Wahab,2006:77) yang termasuk di sini adallah
alam tetumbuhan, sebab tetumbuhan adalah hidup. Tetapi tidak semua yang hidup
itu adalah tetumbuhan. Perhatikan contoh berikut.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 89.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; mso-list: l3 level2 lfo2; tab-stops: 9.0pt list 90.0pt; text-indent: -17.85pt;">
<i>(1)<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></i><i>Laki-laki cemara angin itu berlari
pontang-panting sederas pelanduk.<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoNormal" style="b-stops: 9.0pt; line-height: 150%; margin-left: 72.0pt;">
<span lang="IN"> </span>(Hirata, Laskar Pelangi 96.3) <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 9.0pt 35.45pt; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
Frase <i>cemara
angin</i>, menunjuk pada konsep tetumbuhan, yaitu pohon cemara yang tinggi dan
meliuk-liuk saat terterpa angin. Hal ini untuk menggambarkan sekaligus sebagai
bandingan yang menjelaskan kepada kata laki-laki.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
Setingkat di atas <i>LIVING</i> adalah <i>OBJECT,</i> menurut Wahab (
dalam Wahab, 2006:80) predikasi yang cocok untuk <i>OBJECT</i> ini ialah
sifatnya yang dapat pecah atau benda-benda padat.Perhatikan contoh berikut.</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 95.8pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list 96.0pt; text-indent: -17.85pt;">
<i> </i><i>1)<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></i><i>Mataku fiberglas.</i><i style="line-height: 150%; text-indent: -17.85pt;"> Bagai mainan bikinan Jepang</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 96.0pt;">
<i>Aku bejalan sempoyongan.</i><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 96.0pt;">
<span lang="IN"> </span>(YA Nugraha, dalam Tonggak 4:200)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 96.0pt;">
<span style="font-size: 8pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 96.0pt; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list 96.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<i><span lang="NO-BOK">(2)<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><i><span lang="NO-BOK">Seruling dan gitar saling
menggertak, menghardik dan <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 96.0pt;">
<i><span lang="NO-BOK">Membentak galak</span></i><span lang="NO-BOK">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 96.0pt;">
<span lang="NO-BOK"> </span><span lang="IN"> </span><span lang="NO-BOK">(Hirata, Laskar Pelangi 151.16)
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="NO-BOK">Fiberglas, seruling, gitar adalah <i>OBJECT</i>
atau benda, yang meskipun kuat, dapat saja pecah. Fiberglas, adalah benda yang
kusam, tidak transparan seperti kaca bening. Pengarang menggunakan kata ini
untuk mewakili pandangannya yang tidak bening terhadap dunia ini. Sedangkan
kata seruling, gitar adalah untuk mewakili perasaan pengarang yang ingin
mengunngkapakan suaranya, kata-katanya, yang merasa tertahan, sehingga diungkapkan
dengan pernyataan saling menggertak..<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="NO-BOK">Ruang persepsi manusia yang ada setingkat di
atas <i>OBJECT </i>adalah <i>TERRESTRIAL.</i> Menurut Wahab ( Wahab, 2006:80)
yaitu hamparan yang terikat oleh bumi seperti misalnya, samodra, sungai,
gunung, padang pasir, dan lain-lain. </span>Perhatikan contoh metafora pada
kutipan berikut.</div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 62.95pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; mso-list: l6 level1 lfo4; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -17.85pt;">
<i>(1)<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;">
</span></i><i>Masuk ruang kegelapan dan gelas aku tambahkan<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 63.0pt; text-indent: 0cm;">
<i>Mengarungi karang-karang kehidupan.</i></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 63.0pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="IN"> </span>(Sapardi Djoko Damono 1987. Horison XXI/234)</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">
<div style="text-align: justify;">
Dalam metafora ini dapat tergambar
bagaimana sulitnya kehidupan itu dilambangkan bagaikan hamparan terrestrial,
yaitu karang-karang. Makna karang-karang diasosiasikan dengan kesulitan hidup, kekejaman kehidupan,
kekerasan hidup itu dapat dimengerti, sebab predikasi yang cocok untuk karangg
adalah: keras, tajam, sulit dipegang erat-erat sebab dapat melukai tangan.</div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 62.95pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; mso-list: l6 level1 lfo4; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -17.85pt;">
<i>(2)<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;">
</span></i><i>Jalan raya di kampung ini panas menggelegak dan
ingar-bingar oleh <o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 63.0pt; text-indent: 0cm;">
<i>Suara logam yang saling beradu.<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 63.0pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="IN"> </span>(Andrea Hirata, 2008. Laskar Pelangi/51) </div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">
<div style="text-align: justify;">
Pada kalimat metaforis ini
Andrea Hirata menggambarkan terrestrial dengan menggunakan konsep jalan. Jalan
adalah sesuatu yang terhampar dan terikat oleh bumi, selain itu untuk
mengungkapkan sesuatau yang lebih yaitu panas, pengarang memakai kata
menggelegak. Pernyataan itu memunculkan asosiasi bahwa jalan itu panas sekali. </div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">
<div style="text-align: justify;">
Kategori berikutnya adalah <i>SUBSTANSIAL.</i>
Menurut Wahab ( Wahab,2006:80) predikasi yang sesuai untuk kategori ini ialah,
di samping ada, membutuhkan ruang, dan bergerak, ia juga mempunyai sifat
lembam. Contoh metafora dengan lambang di kias yang diambil dari SUBSTASIAL
dapat dibaca pada kutipan berikut.</div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 62.95pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; mso-list: l4 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -17.85pt;">
<i>(1)<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;">
</span></i><i>Sekumpulan puisi<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 63.0pt; text-indent: 0cm;">
<i>Mencair diri<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 63.0pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="IN"> </span>(
TM. Lubis, dalam Tonggak 4:18)</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">
Pada kutipan di atas, puisi
dihayati sebagai benda substansi yang bisa berubah bentuk fisiknya, yaitu <i>cair<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 62.95pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; mso-list: l4 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -17.85pt;">
<i><span lang="FI">(2)<span style="font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><i><span lang="FI">Tatapan mata kharismatik menyejukkan
sekaligus menguatkan hati.<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 45.0pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="FI"> </span><span lang="IN"> </span><span lang="FI">( Hirata, dalam Laskar pelangi 210.11)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Pada kutipan di atas kata menyejukkan
dikategorikan ke dalam substansi karena sifatnya yang lembam. Kata menyejukkan
juga memberi penjelasan pada frase tatapan mata. </span><span lang="FI" style="line-height: 150%;">Selanjutnya, kategori persepsi manusia di atas <i>SUBSTANSIAL</i>
adalah ENERGY menurut Wahab ( dalam Wahab, 2006:79) dikatakan, predikasi khusus
yang dipakai oleh kategori ini ialah bahwa ia tidak saja ada dan menempati
ruang, melainkan juga adanya perilaku gerak, seperti angin, cahaya, api. </span><span style="line-height: 150%;">Contoh
penggunaan </span></div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 0cm;">
dalam
metafora dapat terlihat seperti berikut.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 68.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; mso-list: l1 level1 lfo6; tab-stops: list 69.0pt; text-indent: -17.85pt;">
(1)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span><i>Angin lama tak singgah</i>.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 51.0pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="IN"> </span>(Slamet
Sukirnanto, 1983. horison XXI/235)</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 51.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
Angin
adalah bentuk sumber energi. Angin sebagai lambang kias tidak mempunyai sifat
universal. Dalam budaya manusia antara wilayah satu dengan yang lain belum
tentu memiliki kesamaan. Orang Arab dan Yahudi angin dikaitkan dengan kata ruh,
yang berarti nafas. Bagi budaya <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
angin memmiliki kesan positif, angin dikaitkan dengan pembawa pesan.Sehiungga
angin memiliki kesan konotasi positif, sebab angin berfungsi sebagai pengantar
sari kepada putik dalam proses pembuahan. <span lang="IT">Dengan demikian, metafora seperti tertulis pada data di atas, berarti <i>pembawa
pesan tak singgah. <o:p></o:p></i></span></div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 68.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; mso-list: l1 level1 lfo6; tab-stops: list 69.0pt; text-indent: -17.85pt;">
(2)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span><i>Suara Pak Harfan bergemuruh</i>.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 51.0pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="IN"> </span> (Hirata, Laskar Pelangi 222.23)</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 63.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
Bergemuruh,
adalah suara petir yang biasanya
didahului dengan adanya kilatan api yang mennyambar, sedangkan api sebagai
lambang metafora mempunyai makna yang universal. Menurut Cirlot (1962:105)
dalam budaya Mesir, Cina dan Yunani, juga bagi budaya Indonesia, <i>api </i>dikaitkan
dengan konsep kehidupan, kesehatan, kekuasaan dan tenaga spiritual. Dalam metafora seperti yang terdapat pada kutipan
di atas, makna yang yang dimaksudkan tidak jauh
dari konsep universal dalam beberapa kebudayaan yang disebut di atas.</div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 35.45pt;">
<div style="text-align: justify;">
Hierarkhi
setingkat di atas <i>ENERGY</i> adalah <i>COSMOS</i>. Menurut Wahab ( dalam
Wahab, 2006:78) tidak hanya ada, melainkan menempati ruang di jagat raya, dapat
diamati oleh indra mata, dan di <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">sana</st1:place></st1:city>
karena jauhnya. Nomina yang terkategori COSMOS seperti matahari, bumi, bulan,
bintang, dan benda-benda angkasa yang lain</div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 0cm;">
Contoh
mmetafora yang lambang kiasnya mengambil dari kategori <i>COSMOS </i>ini dapat
dibaca pada kutipan berikut.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 89.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; tab-stops: 54.0pt 63.0pt 72.0pt; text-indent: -26.95pt;">
<i>(1) Matilah kau bulan<o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 81.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<i>Telah mampus bumi, <o:p></o:p></i></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 63.0pt;">
<i><span lang="FI">Mentari pun kewalahan.</span></i><span lang="FI"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 63.0pt;">
<span lang="FI">
</span><span lang="IN"> </span><span lang="FI"> (T.Mulia
Lubis, dalam Tonggak 4:16)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 63.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<i><span lang="IT">Bulan, bumi, dan matahari</span></i><span lang="IT"> adalah benda-benda cosmos. Dalam kutipan
di atas, benda-benda itu tidak dipakai
dalam arti yang sebenarnya. Simbulisme tentang <i>bulan</i> sangat bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yanng lain. Ada yang
mengasosiasikan <i>bulan</i> dengan perempuan, karena antara perempuan dan <i>bulan
</i>ada persamaan, yaitu masing-masing sangat terikat oleh siklus. Namun
demikian, dik Indonesia <i>bulan</i>
diasosiasikan dengan keindahan. Di lain pihak, <i>bumi,</i>menurut Cirlot
(1962:93) dihubungkan dengan tempat tumbuhnya kebudayaan atau kebudayaan itu sendiri. Semenntara itu, <i>matahari
</i>karena sifatnya universal, mmelambangkan semangat atau sumber
kehidupan.Dengan demikian, benda-benda angkasa di atas dipakai oleh pengarang
untuk menyatakan pandangan yang pesimis, yaitu tiadanya keindahan ( dengan
lambang <i>bulan</i>), tak berdayanya kebudayaan ( dengan lambang <i>bumi</i>),
dan hilangnya semangat hidup( dengan lambang <i>matahari</i>). <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 68.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; mso-list: l1 level1 lfo6; tab-stops: list 69.0pt; text-indent: -17.85pt;">
<span lang="IT">(3)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><i><span lang="IT">Ia bintang petunjuk bagi pelaut di samudra</span></i><span lang="IT">.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 51.0pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="IT"> <i>.</i> <i> </i> </span><span lang="IN"> </span><span lang="IT"> (
Hirata, Laskar Pelangi 431.16)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 51.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<i><span lang="IT">Bintang </span></i><span lang="IT">adalah benda angkasa yang terkategori ke dalam
cosmos, keberadaannya diasosiasikan sebagai pembawa cahaya terang, sekaligus
diasosiasikan sebafai penerang bagi orang yang sedang kegelapan, bintang juga
dipakai sebagai pedoman. Dalam budaya Indonesia, utamanya masyarakat Jawa
percaya bahwa bintang merupakan petunjuk sekaligus pertanda<i>, </i>kapan
seseorang melakukan kegiatan, seperti menanam padi, mencari ikan, bahkan
bintang dipakai sebagai pedoman atau tanda- tanda dari sebuah
jaman.<i> </i>Dalam metafora di atas bintang diasosiasikan sebagai
pedoman, atau sesuatu yang diyakini kebenarannya.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 51.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IT">Hierarkhi yang paling atas dalam ruang
persepsi manusia adalah <i>BEING </i>atau <i>KE-ADA-AN.</i> Menurut Wahab
(dalam Wahab, 2006:77) adalah untuk mewakili semua konsep abstrak yang tidak
dapat dihayati dengan indra manusia.Yang terkategori semantik BEING itu
mencakup semua konsep atau pengalaman manusia yang abstrak. Ciri khas kategori ini ialah predikasinya ada, walaupun tak dapat dihayati
langsung oleh indra manusia, seperti pada konsep kebenaran, cinta, kasih,
kegelapan, kebahagiaan dan masih banyak konsep ke-ada-an yang lain. </span><span lang="FI">Perhatikan contoh berikut.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-top: 6.0pt; text-indent: 51.05pt;">
<i><span lang="FI">(!) Senja pun
tiba<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 51.0pt;">
<i><span lang="FI">
suatu kurun yang tak perlu kuanya.</span></i><span lang="FI"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 51.0pt;">
<span lang="FI"> </span><span lang="IN"> </span><span lang="FI">(Bambang Darto, dalam Tonggak 4:33)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-indent: 51.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<i><span lang="FI">Senja</span></i><span lang="FI"> adalah konsep abstrak untuk menandai tenggelamnya matahari, tetapi
konsep itu ada.Dalam kalimat metaforis ini, senja adealah kias untuk konsep
usia lanjut manusia. Konsep <i>senja</i> yang dipakai sebagai lambang kias
untuk konsep usia lanjut merupakan wujud interaksi antara manusia dengan <i>BEING.</i><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 45.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; text-indent: 9.05pt;">
<span lang="FI">(2) <i>Hidup adalah jembatan
papan lurus yang harus diteliti</i>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 45.0pt; text-indent: 0cm;">
<span lang="FI"> & </span><span lang="IN"> </span><span lang="FI">(Hirata, Laskar Pelangi 68.26)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">
<div style="text-align: justify;">
<i><span lang="FI">Hidup</span></i><span lang="FI"> merupakan konsep absrak pula, tetapi <i>hidup</i> itu ada dan diyakini
keberadaannya walaupun konsep <i>hidup </i>itu tidak kasat mata. Dalam kailimat
metaforis ini, konsep <i>hidup </i>ad`lah gambaran keberadaan manusia di dunia.
Lebih lanjut kata <i>hidup </i>diikuti dengan <i>frase jembatan papan lurus</i>,
hal ini dapat diasosiasikan bahwa, di dalam menjalani keberadaannya, manusia harus melewati atau menjalani
keberaannya yang mau tidak mau harus mereka alami, sesuai dengan kodrat yang
diciptakan Tuhan. Pernyataan kata <i>hidup </i>merupakan gambaran ruang
persepsi kehiudupan manusia yang berada pada tingkat <i>BEING.<o:p></o:p></i></span></div>
</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Demikian hierarkhi persepsi manusia terhadap ruang
kehidupan, yang d</span><span style="line-height: 150%; text-indent: 0cm;">imulai dari kehidupan manusia itu
sendiri, karena manusia dengan segala macam </span><span lang="FI" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0cm;">tingkah lakunya merupakan lingkungan
paling dekat. Selanjutnya hierarkhi itu berurutan ke jenjang ruang persepsi
yang semakin tinggi tingkatannya. </span><span style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0cm;">Yaitu diawali dengan human, animate,
living, object, terrestrial, substansial, energy, cosmos, dan being.</span></div>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span lang="IN">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Fowler, Roger. 1977. <i>Linguistics and The Novel. </i><st1:city w:st="on">London</st1:city> : <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">methuen</st1:city></st1:place> and Co. Ltd.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Hudson, William Henry. 1965. <i>An Introduction to the Study of Literature. </i><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">London</st1:city></st1:place> : George G. Harrap & Co, Ltd.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Leech, Geaffrey and Michael Short. 1984. <i>Style in Fiction. </i><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">London</st1:city></st1:place> : Long Man.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Luxemburg. 1984 <i>Pengantar
Ilmu sastra. </i>( Terjemahkan Dick Hartoko) <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place> : Gramedia.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Nurgiyantoro, Burhan. 1993. “ Stile dan Statiska”, <i>Diksi, </i>No. 1, Th. I, hlm.1-9.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Pradopo, Rachmad Djoko. 1999. <i>Pengkajian Puisi. </i><st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place> :
Gajah Mada.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Rokhman, Muh. Arif.2003. <i>Sastra Interdisipliner. </i><st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>
: Qalam.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Sumarjo, Jacob. 1986. <i>Apresiasi Kesustraan.</i> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="nn">Jakarta</st1:city></st1:place>
: Gramedia.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Teeuw, A. 2003. <i>Sastera
dan Ilmu Sastera.</i>Jakarta : Gramedia.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Wahab, Abdul. 1991. <i>Isu
Linguistik. </i><st1:city w:st="on">Surabaya</st1:city> : <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Airlangga</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype></st1:place>
Press.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">---------. 1998. <i>Butir-butir
Lingustik. </i><st1:city w:st="on">Surabaya</st1:city> : <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Airlangga</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype></st1:place>
Press.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Waluyo, herman J. 1987. <i>Teori Dan Apresiasi Puisi</i>. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>
: Erlangga</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 120.5pt; text-align: justify; text-indent: -92.15pt;">
<span lang="IN">Wellek, Rene dan Austin Warren. 1956. <i>Theory of Literature. </i><st1:place w:st="on"><st1:state w:st="on">New York</st1:state></st1:place> : A Harvest Book.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 78.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>akip effendyhttp://www.blogger.com/profile/01491055190392038571noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1178892305411802686.post-50938166811566156512012-03-01T16:52:00.000-08:002012-03-01T17:16:33.547-08:00MENGENAL CERPEN<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>MENGENAL CERITA PENDEK<o:p></o:p></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>(CERPEN)<o:p></o:p></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -14.2pt;">
<b>A.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></b><b><span lang="IN">Cerpen </span></b><b>Sebuah Fenomena Sastra<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> </span>Prosa f<span lang="IN">iksi pada
dasarnya terbagi menjadi tiga genre, yakni novel atau roman, cerita pendek, dan
novelet (novel pendek) (Sumardjo, 1988:29). Ketiga genre tersebut sebenar</span>-<span lang="IN">nya memiliki unsur-unsur fiksi yang sama, hanya takaran unsur-unsurnya
berbeda dengan maksud yang berbeda pula. Suatu cerita yang tidak dibangun oleh
unsur-unsur fiksi seperti biografi dan otobiografi tentulah tidak dikatagorikan
sebagai suatu prosa fiksi.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Fenomena serupa tentang otobiografi,
biografi, reportase, laporan perjalanan, dan catatan sejarah dikatagorikan
sebagai karya sastra atau bukan disampaikan oleh Maman S. Mahayana (1997:
24-25). Dikemukakannya bahwa karya seni umumnya, apapun jenisnya, semua bersumber
pada fakta. Begitu pula dengan karya tulis, bahwa semua karya tulis itu adalah
fakta yang diungkap kembali lewat bahasa tulis. Catatan harian juga merupakan
fakta tentang kehidupan sehari-hari. Fakta itu dapat berupa peristiwa khusus
atau peristiwa yang dianggap penting yang dialami seorang individu.
Pencatatannya dilakukan mungkin karena peristiwa itu mempunyai makna tertentu
atau mungkin juga karena berpengaruh bagi individu yang bersangkutan dalam
kehidupan selanjutnya. Itulah sebabnya peristiwa itu perlu dicatat sebagai
peringatan atau kenang-kenangan.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Dalam kenyataan banyak ditemukan,
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu berupa peristiwa penting
sehingga pada saat tertentu menungkinkan individu itu tidak merasa perlu
menuliskannya ke dalam catatan harian. Di samping itu, semua yang ditulis dalam
catatan harian sesungguhnya sekadar peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi
pada saat yang tertentu pula.. Maka dari itu, catatan harian tidak berwujud
sebagai rangkaian peristiwa yang satu dengan lainnya saling berkaitan secara
padu. Ia sekadar cuplikan-cuplikan peristiwa yang </span>c<span lang="IN">uma bermakna bagi individu yang bersangkutan, sedangkan bagi orang lain,
peristiwa itu hanya bermakna sebagai sebuah informasi tentang peristiwa
tertentu. </span><span lang="SV"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Begitu pula dengan karya sastra yang
pada hakikatnya merupakan sebuah ‘catatan’. Hanya yang dicatat bisa peristiwa
yang pernah, belum, atau akan terjadi. Itu sebabnya, Mahayana beranggapan bahwa
karya sastra merupakan rekaan, rekaman, atau ramalan tentang kehidupan ini.
Peristiwa yang diungkapkan sastrawan bisa merupakan peristiwa yang dialaminya
sendiri, dialami orang lain, atau mungkin yang sebenarnya sama sekali belum
dialami siapapun juga. Dalam hal ini, pengalaman yang diungkapkan seorang
sastrawan dapat berupa pengalaman langsung atau pengalaman tidak langsung.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Yang membedakan karya sastra dengan
catatan harian adalah; <i>Pertama,</i>
peristiwa yang diungkap sastrawan atau pengarang bukanlah sekadar peristiwa,
melainkan hakikat peristiwa itu sendiri. Karena sastrawan atau pengarang
penyampaikan peristiwa itu bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang
lain, maka hakikat pengungkapan kembali pengalamannya adalah apakah itu
bermakna untuk orang lain dan bermanfaat untuk manusia dan kemanusiaan atau
tidak. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> <i>Kedua,</i>
karena sastrawan bermaksud hendak mengungkapkan makna sebuah peristiwa, maka
peristiwa itu merupakan sebuah hasil penghayatan, pendalaman, pemaknaan,
penafsiran, dan penilaian atas peristiwa itu sama sekali tidak penting atau
sepele yang setiap saat dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Namun, itu telah menjadi suatu peristiwa yang khas
dan menakjubkan.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> <i>Ketiga,</i>
Pesan yang disampaikannya berkaitan dengan berbagai aspek kemanusiaan, moral,
hati nurani, dan emosi, serta etika. Dalam hal itu, karya sastra menampakkan
fungsi sosialnya. Ia menyampaikan pendidikan moral kemanusiaannya di balik
peristiwa yang disajikan.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> <i>Keempat,</i>
imajinasi seseorang tidak terikat oleh ruang dan waktu sehingga memungkinkan
dunia yang ditampilkan sastrawan adalah dunia “antah berantah”. Mungkin pula
peristiwa yang ditampilkannya itu hanya berupa pikiran dan perasaan belaka.</span><o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<b>B. Apakah </b><b><span lang="IN">Cerpen</span></b><b> Itu?<o:p></o:p></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Nurgiyantoro (1995:9) menyebutkan bahwa cerpen termasuk ke dalam cerita
fiksi (<i>fiction</i>). Menurutnya, cerpen
yang dalam bahasa Inggris disebut <i>short
story</i> adalah cerita yang lebih pendek daripada <i>novelette</i> (novelet). Walaupun pendek, panjang cerpen bervariasi.
Cerpen yang pendek (<i>short short story</i>)
berkisar 500-an kata, cerpen yang panjang cukupan (<i>middle short story</i>), dan cerpen yang panjang (<i>long short story</i>). Sesuai dengan namanya, cerpen adalah cerita yang
pendek. Akan tetapi, ukuran panjang pendeknya tidak ada aturannya, tidak ada
satu kesepakatan antara para pengarang dan para ahli. Lebih lanjut,
Nurgiyantoro menyambung lidah Edgar Allan Poe—seorang sastrawan kenamaan
Amerika— yang dikutip Jassin (1961:72) bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang
selesai di-baca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai
dua jam. Cerpen memiliki ke-<i>unity</i>-an
karena dalam bentuknya yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba
ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus yang ”kurang penting” yang lebih
bersifat memperpanjang cerita. Walaupun singkat, cerpen memiliki kelebihan yang
khas, yaitu kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak dari sekadar apa yang
diceritakan. Kelebihan lain `dalah dalam hal membaca. Membaca cerpen tidak
menuntut pembaca memahami masalah yang kompleks dalam bentuk dan waktu yang
sedikit. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Sementara itu, cerita pendek atau yang lebih populer dengan akronim cerpen,
Thahar (1999:1) mendefinisikan sebagai salah satu jenis fiksi yang paling
banyak ditulis orang. Dengan alasan hampir setiap media massa yang terbit di
Indonesia menyajikan cerpen setiap minggu. Majalah-majalah hampir selalu memuat
satu atau dua cerpen yang seolah-olah tanpa memuat cerpen, isi majalah itu
tidak lengkap. Bahkan, pemancar-pemancar radio siaran juga mempunyai rubrik
cerpen yang diasuh secara berkala.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Wijosutedjo dan Supriatun mendefinisikan
bahwa cerpen (<i>short story</i>) adalah
kisahan pendek, kurang dari 10.000 kata, yang memberikan kesan tunggal yang
dominan dan pemusatan diri pada satu tokoh dalam satu situasi atau pada suatu
ketika, cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira setengah
hingga dua jam.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> </span><span lang="FI">Jadi, cerita pendek (cerpen) dapat dikatakan
sebagai suatu cerita yang mengisahkan salah satu atau sebagian dari kehidupan
manusia dengan kriteria: (1) selesai dibaca dalam sekali duduk, sekitar antara
setengah sampai dengan dua jam, (2) kurang dari 10.000 kata, (3) memberikan
kesan tunggal pada satu tokoh, (4) memiliki alur tunggal dan berjenis alur
rapat atau erat sehingga tokoh utama tidak sampai mengalami perubahan nasib.
Karena lingkup cerita yang sangat terbatas pada sebagian dari aspek kehidupan
seseorang, maka cerita pendek tidak dapat dikonklusikan, apakah <i>denouement</i> atau <i>catastroph.</i><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -14.2pt;">
<div style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN">C.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><b><span lang="IN"> Jenis-jenis/Ciri-ciri Cerpen<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Ciri hakiki cerita pendek menurut
Sumardjo dan Saini K.M. adalah tujuan untuk memberikan gambaran yang tajam dan
jelas, dalam bentuk yang tunggal, utuh, dan mencapai efek tunggal pula pada
pembacanya. Dengan demikian, kisah atau cerita seseorang yang tidak menimbulkan
efek tunggal bagi pembacanya bukanlah sebagai cerpen.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -14.2pt;">
<div style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN">D.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><b><span lang="IN">Unsur Pembangun Cerpen<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Untuk bisa masuk ke dalam cerpen
sebagai karya sastra, kita mencoba melewati rumah sebagai sebuah bangunan atau
gedung. Cerpen tak ubahnya sebagai rumah atau gedung itu. Sebagai perbandingan bahwa
rumah atau gedung yang baik di dalamnya tentu ada kamar-kamar atau
bagian-bagian rumah seperti kamar tidur utama, kamar tidur anak, kamar makan,
kamar mandi, kamar tamu, ruanf kerja, ruang belajar, ruang keluarga, dan
lain-lain. Selain itu, rumah itu dibuat dengan konstruk yang kuat dan
berkualitas. Berbagai pertimbangan dan skala perimbangan dilakukan misalnya
perbandingan campuran semen, pasir dan air, atau semen, kapur, air, dan pasir,
bagaimana model bangunannya, bagaimana fentilasi dan pencahayaannya, pengecorannya,
dan sebagainya. Bagian-bagian yang disebutkan di atas disebut unsur pembangun
rumah. Unsur-unsur tersebut dikatagorikan sebagai unsur dalam atau intrinsik
dalam cerpen, sedangkan pelaku pembangunan itu dikatagorikan sebagai unsur
ekstrinsik. Siapa tukangnya, bagaimana kapabilitas tukang itu, dan mengapa
tukang tersebut beserta pembantu pembangun dengan model itu, serta siapa
pemilik bangunan tersebut. Begitu pula dengan cerpen. Cerpen dibangun dengan
dua unsur yaitu intrinsik dan ekstrinsik.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Unsur intrinsik cerpen meliputi tema
dan amanat, penokohan dan perwatakan, latar penceritaan, plot atau alur, gaya
bahasa, dan sudut pandang (<i>point of view</i>).
Untuk unsur yang terakhir ini Rahmanto (1997:2.4) menyebutnya dengan istilah
pusat pengisahan. Selain itu, unsur ekstrinsik cerpen meliputi tingkat pendidikan
pengarang, situasi dan kondisi daerah atau negara yang melingkupi pengarang
ketika sedang mengarang, ekonomi, sosial, dan budaya pengarang, latar belakang
kehidupan dan profesi pengarang, aktivitas pengarang dalam lingkungan sekitar
pengarang, keterlibatan pengarang dalam berbagai organisasi, dan lain-lain. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Dalam buku Teori Pengkajian Fiksi
(1995) Nurgiyantoro menyebutkan unsur-unsur pembangun sebuah novel (termasuk
cerpen) secara berurutan adalah (1) plot, (2) tema, (3) penokohan, dan (4) latar.
Unsur-unsur tersebut secara umum dianggapnya bersifat lebih rinci dan kompleks
daripada unsur-unsur cerpen. Selain unsur-unsur di atas </span>ia<span lang="IN"> menambahkan </span>pula <span lang="IN">unsur kepaduan (<i>unity</i>) sebagai syarat agar cerpen dianggap sebagai sebuah karya
sastra yang baik. Kepaduan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang diceritakan
bersifat dan berfungsi mendukung tema utama. Penampilan berbagai peristiwa yang
saling menyusul dan membentuk plot walaupun tidak kronologis tetapi harus tetap
saling berkait secara logis. Pada bagian lain Nurgiyantoro memaparkan
unsur-unsur intrinsik yang lain secara lebih detil. Unsur-unsur tersebut adalah
(5) penyudutpandangan, dan (6) bahasa.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Ada sedikit perbedaan dengan unsur-unsur intrinsik yang disebutkan di atas.
Nurgiyantoro dalam buku <i>Sastra Anak</i>
(2005) menyebutkan unsur intrinsik cerita fiksi meliputi (1) tokoh dan
penokohan, (2) alur, (3) latar, (4) tema, (5) moral, (6) sudut pandang, (7)
stile dan nada, dan (8) judul.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Unsur tokoh yang ditempatkan pada urutan pertama diklasifikasikan berdasarkan
sudut pandang tertentu. <i>Pertama</i>,
berdasarkan <b>realitas sejarah</b>, tokoh
dibedakan ke dalam <i>tokoh rekaan dan tokoh
sejarah.</i> <i>Kedua</i>, berdasarkan <b>wujud-</b>nya, dapat dibedakan ke dalam
tokoh <i>manusia, binatang</i>, atau objek
lain. <i>Ketiga</i>, berdasarkan <b>kompleksitas karakter</b> dibedakan ke
dalam <i>tokoh sederhana</i> dan <i>tokoh bulat</i>. <i>Keempat</i>, berdasarkan <b>peran</b>
yang dibawakan dibedakan ke dalam <i>tokoh
protagonis</i> dan <i>tokoh antagonis.</i> <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Selanjutnya, Fananie dalam Telaah
Sastra (2002) berpendapat bahwa struktur formal adalah struktur yang terefleksi
dalam satuan teks. Oleh karena itu, struktur formal karya sastra dapat disebut
sebagai elemen atau unsur-unsur pembentuk karya sastra. Elemen tersebut lazim
disebut disebut sebagai unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN"> Dalam unsur intrinsik Fananie
menyebutkan urutannya sebagai berikut: (1) tema, (2) penokohan, (3) plot, dan
(4) <i>setting.</i> Dalam telaah struktur
formal pada genre prosa fiksi, Fananie tidak memaparkan secara detil
unsur-unsur intrinsik yang lain. Menurutnya, sebuah karya sastra baru bisa
disebut bernilai apabila masing-masing unsur pembentuknya (unsur intrinsiknya)
yang tecermin dalam strukturnya, seperti tema, karakter, plot, <i>setting,</i> dan bahasa merupakan satu
kesatuan yang utuh. </span><span lang="FI">Kesatuan
yang mencerminkan satu harmonisasi sebagaimana yang dituntut dalam kriteria
estetik. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Selain yang tersebut di atas, Zulfahnur Z. F. (2007) menyatakan bahwa unsur
intinsik merupakan unsur yang secara faktual akan dijumpai ketika membaca prosa
fiksi. Unsur-unsur tersebut secara bersama-sama membentuk kepaduan cerita.
Unsur intrinsik yang ditawarkannya adalah (1) tema dan amanat, (2) alur, (3)
tokoh, (4) latar, (5) sudut pandang, dan (6) bahasa.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="FI">Rahmanto dan Hariyanto juga urun rembug dengan mengemukakan unsur-unsur
intrinsik cerpen secara berurutan, yaitu (1)alur, (2)tokoh dan penokohan, (3)
latar, (4) pusat pengisahan, (5) gaya (bahasa), dan (6) tema.</span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="IN">DAFTAR RUJUKAN<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<span lang="IN">Darma, Budi. 1984. <i>Solilokui: Kumpulan Esai Sastra</i>. Jakarta: Gramedia.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<span lang="IN">Fananie, Zainuddin. 2002. <i>Telaah Sastra</i>. Surakarta: Muhammadiyah University Press.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<span lang="IN">Icksan, H.M.A. 2007. <i>Peran Sastra Sebagai Media Pembelajaran Estetika, Etika, dan Moral</i>
(Sebuah Pendekatan Metodis-Fenomenologis). Diktat Bahan Mata Kuliah Sastra dan
Pembelajarannya. Malang: Universitas Islam Malang.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<span lang="IN">Mahayana, Maman S. 1997. <i>Catatan Harian dan Karya Sastra</i>. Dalam “Kaki Langit”. Horison.
XXXII/7/1997.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<span lang="IN">Nurgiyantoro, Burhan. 2005. <i>Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak</i>. Yogyakarta: Gadja Mada
University Press.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<span lang="IN">Santosa, Puji. 1996. <i>Pengetahuan dan Apresiasi Kesusastraan dalam Tanya Jawab</i>. Flores, NTT: Nusa Indah.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<span lang="IN">Shipley, Joseph T. 1962. <i>Dictionary of Word Literary</i>. Paterson, N. J.: Liftefield, Adam
& Co.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<span lang="IN">Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1988. <i>Apresiasi Kesusastraan</i>. Jakarta: PT Gramedia.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<span lang="IN">Stanton, Robert. 1965. <i>An Introduction to Fiction</i>. New York: Holt, Rinehart and Winston.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 4.0cm; text-indent: -92.1pt;">
<span lang="IN">Thahar, Harris Effendi. 1999. <i>Kiat Menulis Cerita Pendek</i>. Bandung: Penerbit <span style="text-transform: uppercase;">A</span>ngkasa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<br /></div>akip effendyhttp://www.blogger.com/profile/01491055190392038571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1178892305411802686.post-77363768197754741892012-03-01T16:43:00.001-08:002012-03-01T16:49:14.199-08:00HAKIKAT KETERAMPILAN MENULIS<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt; text-align: center;">
<b><span lang="DA">HAK</span></b><b><span lang="IN">I</span></b><b><span lang="DA">KAT KETERAMPILAN MENULIS</span></b></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b>A.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Pendahuluan <o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="PT-BR">Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis. Tulis adalah
ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan
pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan
sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau
perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-lisan.
Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keingi-nan,
dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya”
kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="PT-BR"> Selain
itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa
sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf
yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca.
Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-dapat
kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="PT-BR">Ada beberapa persyaratan
yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk meng-hasilkan tulisan yang baik.
Syafi’ie (1988:45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1)
kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (2) ke-pekaan terhadap
kondisi pembaca, (3) kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan
menggunakan bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemam-puan memeriksa
tulisan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="PT-BR">Menulis berarti
menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya
adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan
wacana. Pikiran yang di-sampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan
kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin
dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat
agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa
yang digunakan, makin mudah orang menang-kap pikiran yang disalurkan melalui
bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting.</span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="PT-BR">Menurut Akhadiah dkk
(1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan
sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna
dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pung-tuasi. Sebagai
salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa), menulis juga dapat dide-finisikan
sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai
mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan.
Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan
simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Di
dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu
adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3)
saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Menulis pada hakikatnya adalah
suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah dipahami
pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri, antara lain
bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan meme-nuhi kaidah gramatika.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Kemampuan
menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan,
dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan
menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan
untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap kondisi
pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d) kemampuan
menggunakan bahasa indonesia, (e) kemampuan memuali menulis, dan (f) kemam-puan
memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan berkembang apabila
ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Suatu
tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan
menyampaikan sesuatu yang inggin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang
merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan
alenia Akhadiah, (1997:13). Sementara itu, WJS Poerwodarminto (1987:105) secara
leksi-kal mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap
tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi
penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang
dimaksud pe-nulis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Pendapat
lainnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan
seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat
lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah
menuangkan ide atau gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap.
Dengan demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan
suasana hati atai pikiran penulis. Sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan
dapat menuang-kan isi hati dan pikiran.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IN"> Kata
keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi dan
performansi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan konseptual tentang sistem dan
kaidah kebahasan, sedangkan performansi merujuk pada kecakapan menggunakan
sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan
komunikasi. Seseorang dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan
mengaplikasikan </span><span lang="IN" style="line-height: 150%;">proses pegungkapan ide, gagasan, dan
perasaan dalam bahasa Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor
antara lain ejaan dan tata bahasa, organisasi/ susunan tulisan, keutuhan
(koherensi), kepaduan (kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.</span><span style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText3" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level1 lfo5; text-indent: -14.2pt;">
<b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">B.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menulis sebagai Suatu Proses<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoBodyText3" style="line-height: 150%; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Pembelajaran
menulis sebagai suatu proses di sekolah dasar mengisyaratkan kepada guru untuk
memberikan bimbingan nyata dan terarah yang dapat meningkat-kan kemampuan
menulis siswa. Hal ini dilakukan guru melalui tahap-tahap proses menulis, yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan (pramenulis, menulis, pasca-menulis), dan
evaluasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Kegiatan menulis merupakan keterampilan
mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses
terdiri atas beberapa tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989)
menguraikan <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">lima</st1:place></st1:city>
tahapan menulis, yaitu pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan
publikasi. <span lang="FI">Pada pramenu-lis, siswa
diberi kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan
kerangka tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan
siste-matika tulisan, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan
buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada
penge-drafan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya
dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah
disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk membantu
dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa
dilatih untuk memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan
struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan
untuk memperbaiki karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap publikasi,
siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru
dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi
sempurna.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">
<span lang="FI">Siswa menjadi partisipan aktif dalam seluruh
tahapan menulis proses: pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan
sehingga siswa memahami betul apa yang ditulisnya. Ketika menentukan topik yang
akan ditulis, di benak siswa tergambar sejum-lah informasi yang akan ditulis.
Informasi yang tersimpan di benak siswa dituang-kan dalam sebuah tulisan dengan
bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis, siswa bebas mengungkapkan
gagasan dengan cara menghubungkan
kalimat seca-ra utuh dan padu membentuk sebuah paragraf serta
menuangkannya pada tulisan. Siswa menggunakan bahan-bahan pustaka untuk
mendukung tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas apabila ada
bahan tulisan yang kurang jelas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b>C.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Tujuan Menulis<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="DA">Kegiatan menulis dilakukan
dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu untuk
mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca,
dan untuk meng-hasilkan karya tulis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="DA">Jenis tulisan menurut tujuan
menulis sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%;">1)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span lang="IN" style="line-height: 150%;">Narasi yakni </span><span style="line-height: 150%;">karangan/tulisan </span><span lang="IN" style="line-height: 150%;">ekspositoris maupun imajinatif </span><span style="line-height: 150%;">yang secara spesifik <i>menyampaikan informasi tertentu</i>
berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu <i>rangkaian waktu</i>.</span><span lang="IN" style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;">2)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span lang="IN" style="line-height: 150%;">Deskripsi yakni </span><span style="line-height: 150%;">karangan/tulisan yang secara
spesifik <i>menyampaikan informasi </i>tentang situasi dan kondisi suatu
lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan). </span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<span style="line-height: 150%;">Penyampaiannya
dilakukan secara <i>objektif, apa adanya, dan terperinci</i>.</span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%;">3)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span lang="IN" style="line-height: 150%;">Ekposisi yakni </span><span style="line-height: 150%;">karangan/tulisan yang secara
spesifik <i>menyampaikan informasi </i>tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan <i>menjelaskan,
menerangkan, </i>dan <i>menguraikan</i> sesuatu hal sehingga pengetahuan
pendengar/pembaca menjadi bertambah.</span><span lang="IN" style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%;">4)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span lang="IN" style="line-height: 150%;">Argumentatif yakni </span><span style="line-height: 150%;">karangan/tulisan yang secara
spesifik <i>menyampaikan infor-masi </i>tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan tujuan <i>mempengaruhi,
memperjelas, </i>dan <i>meyakinkan</i>.</span><span style="line-height: 150%;"> </span><span lang="IN" style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo4; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="IN" style="line-height: 150%;">5)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span lang="IN" style="line-height: 150%;">Persuasif:</span><span style="line-height: 150%;">karangan/tulisan yang secara spesifik <i>menyampaikan
informasi </i>tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya
dilakukan dengan tu-</span><span lang="IN" style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;">
<span style="line-height: 150%;">juan <i>mempengaruhi,
meyakinkan, </i>dan<i> mengajak</i></span><span lang="IN" style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b>D.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Manfaat Menulis<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;">
Graves (dalam
Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan bahwa:
(1) menulis menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengem-bangkan daya inisiatif
dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong
kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. <span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; text-indent: -18.0pt;">
<b>1)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></b><b>Menulis Mengasah
Kecerdasan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="DA">Menulis adalah suatu aktivitas yang
kompleks. </span><span lang="PT-BR">Kompleksitas
menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek.
Aspek-aspek itu meli-puti (1) pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan,
(2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang
disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya
selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan
seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan,
kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya
dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<b>2)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan
Kreativitas<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;">
Dalam
menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya.
Segala sesuatu itu adalah (1) unsur
mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan
pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban yang harus
diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang
dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.</div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<b>3)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Menulis Menumbuhkan Keberanian<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;">
Ketika
menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, ter-masuk
pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik.
Kon-sekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan
tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.</div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<b><span lang="DA">4)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><b><span lang="DA">Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan
Mengumpulkan Informasi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="DA">Seseorang menulis karena mempunyai ide,
gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan
diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu
dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat me-nyampaikan banyak hal dengan
memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengeta-huan yang memadai tentang apa
yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya
sekedarnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="DA">Kondisi ini akan memacu seseorang untuk
mencari, mengumpulkan, dan me-nyerap informasi yang diperlukannya. Untuk
keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati, berdiskusi,
berwawancara. Bagi penulis, pemero-lehan informasi itu dimaksudkan agar dapat
memahami dan mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk
keperluannya dalam menulis. Implikasi-nya, dia akan berusaha untuk menjaga
sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin.
Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah
ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi
minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan infor-masi serta strategi yang
ditempuhnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="DA">Menulis banyak memberikan manfaat, di
antaranya (1) wawasan tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis
berusaha mencari sumber tentang topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar, berpikir, dan bernalar
tentang sesuatu misalnya menjaring informasi, menghubung-hubungkan, dan menarik
simpulan, (3) dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis, (4) akan
berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang tertulis me-mungkinkan
untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan (6) menulis
yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan sistematis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b>E.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Prinsip Menulis<o:p></o:p></b></div>
<div blass="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Keterampilan menulis merupakan
satu keterampilan yang ditunjukkan oleh siswa bahwa ia bukan buta
aksara. Pelatihan menulis menyibukan para siswa belajar bahasa. Semua ulangan
selalu dinyatakan dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para guru masih
mengeluhkan bahwa masih ada siswa tidak mempunyai keterampilan menulis.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Menurut Parera dan Tasai (1995:14) mengemukakan bahwa untuk dapat
me-netralisir keluhan para guru bahasa, maka perlu diingatkan mereka dua fakta.
Fakta yang pertama banyak sekali orang pandai sangat lemah dalam keterampilan
menulis, fakta kedua, hanya sekelompok kecil orang yang dapat menulis dengan
baik setelah lama berlatih di sekolah dan di luar sekolah. Walaupun demikian
keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang harus diajarkan dan
perhatikan dalam pembelajaran bahasa meskipun dalam bentuk sederhana.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Selanjutnya menurut Rivers dalam
Parera dan Tasai (1995:15) mengemuka-kan keterampilan menulis merupakan satu
kebiasaan yang elegan dari para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya
tidak akan tercapai untuk tingkat sekolah me-nengah ke bawah. Keterampilan
menulis menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai oleh
semua orang. Untuk memenuhi keterampilan menulis yang baik jenjang menulis
perlu diperhatikan. Belajar keterampilan
menulis dilakukan secara berjenjang.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Beberapa jenjang untuk keterampilan menurut Parera dan Tasai (1995:15)
adalah: (1) menyalin naskah dalam bahasa, (2) menuliskan kembali/mereproduksi
apa yang telah didengar dan dibaca, (3) melakukan kombinasi antara apa yang
telah dihafal dan didengar dengan adaptasi kecil, (4) menulis terpimpin, dan
(5)menyusun karangan atau komposisi dengan tema, judul, atau topik pilihan
siswa sendiri.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran ke-terampilan
penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampiln menulis adalah
hasil dari keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai
(1995:27) mengemukakan prinsip prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak da-pat
dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan
membaca terjadi secara serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran
disiplin berpikir dan disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah
pembel-ajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>, dan
(4) pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang bermula dari menyalin
sampai dengan menulis ilmiah.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Berdasarkan perinsip-prinsip pembelajaran menulis tersebut, maka
alternatif pembelajaran menulis adalah sebagai berikut: (1) menyalin, (2)
menyadur, (3) mem-buat ikhtisar, (4) menulis laporan, (5) menyusun pertanyaan
angket dan wawancara, (6) membuat catatan, (7) menulis notulen, (8) menulis
hasil seminar, pidato, dan laporan, (9) menulis surat yang berupa : ucapan
selamat, undangan, pribadi, dinas, perjanjian, kuasa, dagang, pengaduan,
perintah, pembaca, memo, dan kawat (telegram), (10) menulis poster dan iklan,
(11) menulis berita, (12) melanjutkan tulisan, (13) mengubah, memperbaiki, dan
menyempurnakan , (14) mengisi formulir yang terdiri dari: wesel dan cek, (15)
menulis kuitansi, (16) menulis riwayat hidup, (17) menulis lamaran kerja, (18)
menulis memorandum, (19) menulis proposal/usul penelitian, (20) menulis
rancangan kegiatan, (21) menulis pidato/sambutan, (22) menulis naskah, (23)
menyusun formulir, (24) membentuk bagan, denah, grafik, dan tabel, dan (25)
menulis karya ilmiah.</div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b>F.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Aspek Menulis Karangan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Pengetahuan tentang aspek-aspek
penting dalam menulis perlu dikuasai pula oleh siswa. Sebab dengan penguasaan
itu siswa dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan suatu karangan. Badudu
(1992:17) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu (1)
menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna, (2) menggunakan kata dengan
bentuk yang tepat, (3) menggunakan kata dalam distribusi yang tepat, (4)
merangkaikan kata dalam frasa secara tepat, (5) menyusun klausa atau kalimat
dengan susunan yang tepat, (6) merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih
besar (paragraf) secara tepat dan baik, (7) menyusun wacana dari
paragraf-paragraf dengan baik, (8) membuat karangan (wacana) dengan corak
tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi, argumentasi, (9) membuat
surat (macam-macam surat), (10) menyadur tulisan (puisi menjadi prosa), (11)
membuat laporan (penelitian, pengalaman, dan sesuatu yang disaksikan), (12)
mengalihkan kalimat (aktif menjadi pasif dan sebaliknya, kalimat langsung
menjadi kalimat tak langsung), (13) mengubah wacana ( wacana percakapan menjadi
wacana cerita atau sebaliknya).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l4 level1 lfo1; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b>1)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Jenis-jenis Mengarang<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Pelajaran mengarang menurut Moeljono
(1976:89) macamnya adalah (1) mengarang surat, (2) mengarang cerita non fiksi,
(3) mengarang cerita fiksi, (4) mengarang lukisan keadaan, (5) menulis berita
aktual, (6) mengarang puisi, (7) mengarang esay, dan (8) mengarang naskah
drama.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="PT-BR">(1)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span>Mengarang
Surat</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="DA">Surat merupakan bentuk
percakapan yang disajikan secara tertulis. Perbedaannya dengan percakapan biasa
ialah karena dalam surat jawaban orang
yang diajak berbicara tidak dapat diterima secara langsung. Oleh karena
itu bentuk bahasa dalam surat dapat dikatakan mengarah-arah pada bahasa
percakapan biasa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="DA"> Pada
garis besarnya surat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: (1) surat
kekeluargaan dan (2) surat dinas. Yang dimaksud dengan surat kekeluargaan ialah
surat yang dikirim dari dan kepada keluarga atau kenalan. Bentuk dan pemakaian
bahasa dalam surat kekeluargaan sangat bebas, tidak terlalu terikat oleh
pedoman yang tertentu.. sedangkan surat dinas ialah surat yang dikirimkan dari
dan kepada jawatan, lembaga atau organisasi secara resmi. </span>Bentuk dan
bahasa dalam <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">surat</st1:city></st1:place>
dinas biasanya terikat oleh pedoman dan tatatulis tertentu.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="PT-BR">(2)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span>Mengarang
Cerita Non Fiksi</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Yang dimaksud dengan cerita non fiksi ialah cerita tentang sesuatu yang
ada/terjadi sungguh-sungguh. Karangan non cerita fiksi menuliskan cerita yang
berhibungan hal-hal yang ada di sekitarnya atau peristiwa-peristiwa yang
terjadi di lingkungannya. Dengan demikain mengarang cerita non fiksi ialah
menulis apa saja yang dilihat, apa saja yang diketahui, dan apa saja yang
dialami.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="PT-BR">(3)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span>Mengarang
Cerita Fiksi</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Yang dimaksud dengan mengarang cerita fiksi ialah mengarang cerita berdasarkan atas buah rekaan
atau angan-angan saja. <span lang="PT-BR">Cerita
ini akan berupa suatu cerita pendek, fragmen, atau sekedar lamunan mengarang
saja. Oleh karena itu dasarnya adalah buah rekaan, maka cerita ini dapat
mempunyai nilai (1) membiasakan untuk mengisi waktu senggang dengan lamunan
yang produktif, (2) menghidupkan fantasi
dan daya kreasi, dan (3) mengembangkan bakat mengarang. </span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="PT-BR">(4)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span>Mengarang
Lukisan Keadaan</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Yang dimaksud mengarang lukisan keadaan ialah karangan yang menggambarkan
suatu situasi secara tepat dengan menggunakan alat bahasa. Tujuan mengarang
lukisan keadaan ialah membiasakan untuk menggambarkan sesuatu dengan pengamatan
secra teliti melalui kata-kata secara
tepat. Karangan lukisan keadaan didasarkan atas suatu kenyataan. Karean sebagai
suatu lukisan, maka kemampuan mengimajinasikan kenyataan dalam bahasa yang
indah dan mampu menyentuh perasaan sangat diperlukan. Oleh karena itu karangan
yang berupa lukisan keadaan mengarah kepada
<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">gaya</st1:city></st1:place>
bahasa puisi atau prosa liris.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="PT-BR">(5)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span>Menulis
Berita Aktual</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Yang dimaksud menulis berita aktual ialah menyampaikan terjadinya suatu
peristiwa dengan cara menuliskannya menurut tata tulis berita yang telah lazim dipergunakan dalam
persuratkabaran. Jadi berita aktual ialah
suatu kejadian yang penting yang disampaikan oleh seseorang untuk orang
banyak secara tertulis.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Tujuan menulis berita aktual ialah (1) membiasakan agar dapat
menyampaikan peristiwa yang penting secara lengkap dan teratur dengan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">gaya</st1:city></st1:place> bahasa yang tepat dan
(2) mengembangkan bakat kewartawanan.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="PT-BR">(6)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span>Mengarang
Puisi</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="DA">Puisi merupakan hasil ciptaan
yang singkat dan padat. Manfaat mengarang puisi ialah (1) menyalurkan dorongan
melahirkan perasaan yang kuat, yang pada
umumnya yang terdapat pada diri masing-masing, (2) memberika latihan mengungkapkan perasan
dengan lambang-lambang kata yang tepat, yang berarti melatih kemampuan
berbahasa, (3) mengajar memberi kesibukan yang berguan untuk mengisi waktu
senggang dengan kepandaiannya, (4) mencoba secara tidak langsung memahami
keadaan yang barang kali dapat dipergunakan untuk menolong memecahkan kesulitan
yang dihadapi, dan (5) membantu memperkembangkan bakat.</span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="PT-BR">(7)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span>Mengarang
Esai</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Yang dimaksud dengan esai ialah karangan tentang suatu masalah yang pada
suatu saat menarik perhatian seseorang penulis. Esai dapat mengenai masalah
ilmu pengetahuan,keagamaan, filsafat, kebudayaan, kesenian, politik, dan
masalah sosial. Tujuan mengarang esai ialah membiasakan untuk mampu menanggapi
suatu masalah yang pada suatu saat menarik perhatian orang.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span lang="PT-BR">(8)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span>Mengarang
Naskah Pidato</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Yang dimaksud dengan pidato ialah berbicara di hadapan publik, yang
ditujukan kepada seseorang, sekelompok orang, atau kepada publik itu sendiri.
Suatu piadato yang resmi memerlukan persiapan. Oleh karena itu pidato disiapkan
secara tertulis. Selanjutnya untuk melatih menyusun naskah pidato perlu memperhatikan
pidato yang akan disampaikan. Berdasarkan yang disampaikan pidato dibedakan
antara lain: (1) pidato penjelasan, (2) pidato sambutan, (3) pidato laporan,
dan (4) pidato keilmuan. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
DAFTAR
RUJUKAN</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<span lang="IT">Ahmadi, M. 1988. <i>Materi Dasar Pengajaran
Komposisi Bahasa Indonesia. </i>Jakarta: Depdikbud.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<span lang="IT">Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1989.
</span><i><span lang="FI">Pembinaan Kemampuan
Menu-lis Bahasa Indonesia.</span></i><span lang="FI"> Jakarta: Erlangga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<span lang="NO-BOK">Haryadi dan Zamzami. 1996. <i>Peningkatan
Keterampilan Berbahasa Indonesia</i>. </span><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>: Depdikbud-Dikti</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<span lang="FI">Keraf, G. 1997. <i>Komposisi.</i> </span><span lang="PT-BR">Ende Flores Nusa Tenggara Timur:
Nusa Indah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<span lang="PT-BR">Kosasih, E. 2002. <i>Kompetensi
Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia.</i> </span><span lang="SV">Bandung: Yrama Widya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<span lang="SV">Musaba, Z. 1994. <i>Terampil Menulis dalam Bahasa
Indonesia yang Benar. </i>Banjarmasin: Sarjana Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
Soedjito dan
Hasan, M. 1986. <i>Seri Membina Keterampilan Menulis Paragraf.</i> <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Malang</st1:place></st1:city>: Tanpa Penerbit</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
Spandel, V. and
Stigginis, R. J. 1990. <i>Creating Writers.</i> <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">London</st1:place></st1:city>: Longman.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<span lang="SV">Suparno. 2002. <i>Keterampilan Dasar Menulis</i>.
Jakarta: Depdiknas-UT<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
Syafi’ie, <st1:place w:st="on">I.</st1:place> 1988. <i>Retorika dalam Menulis. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>: Depdikbud.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
Tarigan, H.G.
1987. <i>Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. </i><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>: Angkasa.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 2.0cm; text-indent: -2.0cm;">
<br /></div>akip effendyhttp://www.blogger.com/profile/01491055190392038571noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1178892305411802686.post-30473302698299277862012-03-01T16:41:00.001-08:002012-03-01T16:46:07.598-08:00PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR<br />
<div align="center" class="MsoBodyText3" style="text-align: center;">
<b><span lang="IT">PENDEKATAN-PENDEKATAN </span></b></div>
<div align="center" class="MsoBodyText3" style="text-align: center;">
<b><span lang="IT">DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR</span></b></div>
<div align="center" class="MsoBodyText3" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="left" class="MsoBodyText3" style="margin-left: 14.2pt; mso-list: l4 level1 lfo1; tab-stops: 36.0pt; text-align: left; text-indent: -14.2pt;">
<b><span lang="IT">A.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><b><span lang="IT">Pendahuluan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 42.5pt;">
<span lang="IT"> Anthony (dalam Ramelan, 1982)
mengatakan bahwa pendekatan menga-cu pada seperangkat asumsi yang saling
berkaitan dengan sifat bahasa, serta penga-jaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar
teoritis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain
asumsi menganggap bahasa sebagai kebiasaan, ada pula yang menganggap bahasa
sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan , dan ada lagi
yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 42.5pt;">
<span lang="IT">Pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dipandang sesuai de-ngan seperangkat asumsi
yang saling berkaitan, yakni pendekatan kontekstual, pendekatan komunikatif,
pendekatan terpadu, dan pendekatan proses. Menurut Aminuddin (1996) pendekatan
merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai landasan
berpikir dalam menentukan metode, stra-tegi, dan prosedur dalam mencapai target
hasil tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoHeader" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><span lang="SV">B. Pendekatan Kontekstual (<i>Contextual/</i>CTL)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Pendekatan konstektual merupakan suatu
konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk
memecahkan persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik
kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu
mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Kontekstual merupakan strategi
pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, konstektual
dikebangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.
Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan
tatanan yang ada.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Definisi yang mendasar tentang
pembelajaran kontekstual (<i>Contextual
Teaching and Learning</i>) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia
nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari;
sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang
terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai
bekal untuk memcahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 1.0cm; mso-list: l8 level1 lfo10; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<b>1.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Ciri-ciri pembelajaran kontekstual<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; m`rgin-left: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<i>The
Northwest Regional Educarion Laboratory USA</i> mengidentifi-kasikan adanya
enam ciri pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
1)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Pembelajaran bermakna; pemahaman, dan penalaran pribadi
sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
2)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Penerapan pengetahuan; adalah kemampuan siswa untuk memahami
apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tataran kehidupan da fungsi dimasa
sekarang atau dimasa yang akan datang.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
3)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Berfikir tingkat tinggi; siswa diwajibkan untuk
memanfaatkan berfikir kreatif-nya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu
dan pemecahan suatu masalah.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
4)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar; isi
pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, provinsi, nasional,
perkembangan iptek serta dunia kerja.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
5)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Responsif terhadap budaya; guru harus memahami dan
menghargai nilai, ke-percayaan, dan kebiasaan siswa, teman, pendidik dan
masyarakat tempat ia mendidik</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
6)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Penilaian autentik; penggunaan berbagai strategi
penalarannya yang akan merefleksikan hasil belajar sesungguhnya.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 1.0cm; mso-list: l8 level1 lfo10; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<b>2.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Implikasinya dalam Pembelajaran<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
Pembelajaran kontekstual menempatkan
siswa didalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan
materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan
individual siswa dan peranan guru. Sehubungan dengan itu maka pendekatan
pengajaran kontekstual harus menekankan pada hal-hal berikut:</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l6 level1 lfo4; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
1)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Belajar berbasis masalah (<i>problem based learning</i>), yaitu suatu pendekatan pengajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l6 level1 lfo4; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
2)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Pengajaran autentik (<i>authentic intruction</i>) yaitu pendekatan pengajaran yang
memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l6 level1 lfo4; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
3)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Belajar berbasis inquiri (<i>inquiry-based learning</i>) yang membutuhkan strategi pengajaran yang
mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran
bermakna</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l6 level1 lfo4; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
4)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Belajar berbasis proyek/tugas (<i>project based learning</i>) yang membutuhkan suatu pendekatan
pengajaran komprehensif dimana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa
dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman
materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksa-nakan tugas bermakna
lainnya.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l6 level1 lfo4; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
5)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Belajar berbasis kerja (<i>work based learning</i>) yang memerlukan suatu pen-dekatan pengajaran
yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari
materi pelajaran berbsis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan
kembali ditempat kerja.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l6 level1 lfo4; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
6)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Belajar berbasis jasa-layanan (<i>service learning</i>) yang memerlukan penggunaan metodologi pengajaran
yang mengkombinasikan jasa-layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis
sekolah untuk merefleksikan jasa-layanan ter-sebut.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l6 level1 lfo4; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
7)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Belajar kooperatif (<i>cooperative
learning</i>) yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok
kecil siswa intuk bekerja sama dalam mencapai tujuan belajar.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 49.65pt;">
<i>Center
Of Occupational Reseach And Development</i> (<i>CORD</i>) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka
penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT, yaitu:</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l7 level1 lfo5; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
1)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Relating ; Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman
kehidupan nyata.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l7 level1 lfo5; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
2)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Experiencing ; Belajar ditekankan kepada penggalian
(eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l7 level1 lfo5; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
3)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Applying ; Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan
didalam konteks pemanfaatannya.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l7 level1 lfo5; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
4)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Cooperating ; Belajar melalui konteks komunikasi
interpersonal, pemakaian bersama dan sebagainya.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-list: l7 level1 lfo5; tab-stops: list 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
5)<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Transfering ; Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan
didalam situasi atau konteks baru.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="SV">Sementara,
Nurhadi (2002:10) menyebutkan ada tujuh buah komponen penerapan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran, yaitu: (a) konstruktivisme, (b) menemukan, (c)
bertanya, (d) masyarakat belajar, (e) pemodelan, (f) refleksi, (g) penilaian
yang sebenarnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoHeader" style="line-height: 150%; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 46.35pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo11; tab-stops: 45.0pt 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b><span lang="SV">a)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span lang="SV">Konstruktivisme </span></b><span lang="SV"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Konstruktivisme
merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasil-nya diperluas melalui
konteks yang terbatas, dan tidak serta merta. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV">Esensi dari
teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar itu,
pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima
pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. </span>Siswalah
yang menjadi pusat kegiatan, bukan guru.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent3" style="text-indent: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 46.35pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo11; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b>b)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></b><b>Menemukan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-left: 42.55pt; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="EN-GB">Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru
ha-rus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun
materi yang diajarkannya. Kata kunci dari strategi inkuiri adalah siswa
menemu-kan sendiri.</span></div>
<div class="MsoBodyText">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 46.35pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo11; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b>c)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Bertanya
<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Pengetahuan yang dimiliki seseorang sering bermula dari
bertanya. Berta-nya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya
merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri,
yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
meng-arahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Penerapan bertanya pada aktivitas belajar di kelas,
antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru,
antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Aktivitas bertanya
juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui
kesulitan, ketika mengamati dalam suatu ekspremen. Kegiatan-kegiatan itu akan
menumbuhkan dorongan untuk bertanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 46.35pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo11; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b>d)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Masyarakat
</b><b><span lang="IN">B</span>elajar<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoBodyText3" style="margin-left: 42.55pt; tab-stops: 36.0pt; text-indent: 35.45pt;">
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
dipero-leh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
sharing antara teman, antara kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu,
semua adalah anggota masyarakat belajar. Masyarakat belajar bisa terjadi
apabila ada proses ko-munikasi dua araha. Dalam masyarakat belajar, dua
kelompok atau lebih terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
Seorang yang terlibat dalam ke-giatan masyarakat belajar memberi informasi yang
diperlukan oleh teman bicara-nya dan sekaligus juga meminta informasi yang
diperlukan dari teman belajarnya.</div>
<div class="MsoBodyText3" style="margin-left: 42.55pt; tab-stops: 36.0pt; text-indent: 35.45pt;">
Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang memiliki
pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa
menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan
pengetahuan dan pengalaman.</div>
<div class="MsoBodyText3" style="tab-stops: 36.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 46.35pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo11; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b>e)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Pemodelan
<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoBodyText3" style="margin-left: 42.55pt; tab-stops: 36.0pt; text-indent: 1.0cm;">
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru
memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model
tentang bagaimana cara belajar. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa
di-tunjuk untuk memberi contoh. Siswa ‘contoh’ tersebut dikatakan sebagai
model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi
yang harus dicapainya. Model juga dapat didatangkan dari luar.</div>
<div class="MsoBodyText3" style="tab-stops: 36.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 46.35pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo11; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b>f)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Refleksi
<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoBodyTextIndent3" style="margin-left: 42.55pt; text-indent: 1.0cm;">
Refleksi
adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan pada masa yang lalu. Siswa mengendapkan
apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Ref-leksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diterima.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent3" style="margin-left: 42.55pt; text-indent: 1.0cm;">
Pengetahuan
yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas
melalui konteks pembelajaran, yang kemudian dipelajari sedikit demi sedikit.
Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan baru. Dengan demikian,
siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru
dipelajarinya.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 46.35pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo11; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b>g)<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Penilaian
sebenarnya <o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoBodyTextIndent3" style="margin-left: 42.55pt; text-indent: 1.0cm;">
Assesmen
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi-kan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui
oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Apabila data yang dikumpulkan guru, meng-identifikasikan bahwa siswa
mengalami hambatan dalam belajar, maka guru se-gera mengambil tindakan yang
tepat agar siswa terbebas dari hambatan belajar. Karena gambaran tentang
kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assesmen
tidak dilakukan di akhir periode caturwulan atau semester pembelajaran, tetapi
dilakukan bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent3" style="margin-left: 42.55pt; text-indent: 1.0cm;">
Pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan men-dorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyara-kat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.</div>
<div class="MsoBodyTextIndent3">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b>C.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Pendekatan
Integratif <o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="SV">Konsep
pendekatan integratif menekankan kepada penyajian materi pem-belajaran bahasa
secara terpadu yang bertolak pada satu tema tertentu. Pandangan teoritis yang
melandasai pendekatan integratif adalah <i>whole language</i>. Whole language
adalah suatu falsafah, dalam arti pandangan tentang kebenaran mengenai hakikat
proses belajar dan bagaimana mendorong proses tersebut agar berlang-sung secara
optimal di kelas. Dua prinsip melandasi pembel-ajaran integratif. Pertama,
pembelajaran berpusat pada makna, maksudnya peng-alaman pembelajaran berbahasa
baik secara lisan maupun tulisan harus bermakna dan bertujuan fungsional, dan
nyata atau realistik. Kedua, pembelajaran yang ber-pusat pada siswa. Artinya
dalam komponen perencanaan pengajaran harus mem-perhatikan keberadaan dan latar
belakang budaya siswa (Rigg, 1991:526).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="SV"> Pendekatan terpadu berlandaskan pada
prinsip-prinsip: (1) siswa aktif da-lam pembelajaran untuk mengkonstruktif, (2)
bahasa digunakan untuk bermacam-macam tujuan dengan berbagai macam pola, (3)
pengetahuan diorganisasikan dan dibentuk oleh pembelajar secara individu
melalui interaksi sosial.<b> </b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b>D.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Pendekatan
Komunikatif<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Pendekatan komunikatif ada sebagai reaksi terhadap
pembelajaran yang terlalu menekankan struktur sehingga mengabaikan fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi (Richards and Rodgers, 1986). Syafi’ie (1994:7)
menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa berupaya mengembangkan komunikasi
siswa, dengan demikian perhatian guru harus lebih dipusatkan kepada penggunaan
bahasa untuk maksud komunikatif. Siswa dibimbing untuk dapat menggunakan bahasa
bukan sekedar mengetahui tentang bahasa. Pengajaran bahasa dengan pendekatan
komu-nikatif diarahkan untuk membentuk kompetensi komunikatif secara utuh bukan
semata-mata membentuk kompetensi kebahasaan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Di dalam kompetensi komunikatif terdapat beberapa unsur
yang perlu di-miliki pemakai bahasa. Unsur-unsur tersebut menurut Swain (dalam
Syafi’ie, 1994) sebagai berikut: (1) pengetahuan dan sistem kaidah gramatikal
yang meli-puti ejaan, fonologi, morfologi, sintaksis, dan penguasaan kosa kata,
(2) penguasa-an segi-segi sosiolinguistik berupa memahami kesesuaian penggunaan
berbagai kosa kata dan kaidah gramatikal untuk digunakan dalam berbagai fungsi
komuni-kasi seperti persuasi, narasi, eksposisi, argumentasi, deskripsi,
memberi perintah dan sebagainya. Penguasaan segi sosiolingusitik juga berupa
kemampuan memilih ragam bahasa yang tepat dalam berkomunikasi dengan
memperhatikan topik, hu-bungan antar peran komunikasi, suasana, serta lancar
komunikasi, (3) penguasaan kewacanaan berupa kemampuan menyusun gagasan-gagasan
dalam bentuk turun-an yang kohesif dan koheren, dan (4) penguasaan strategi
komunikasi, berupa ke-mampuan menggunakan strategi nonverbal untuk mengatasi
berbagai kesenjangan yang terjadi di antara pembicara atau penulis dengan
pendengar atau pembaca. Kesenjangan itu memungkinkan disebabkan oleh penguasaan
bahasa yang kurang, kurangnya penguasaan konsep-konsep materi yang disampaikan,
hubungan yang kurang antara pembicara atau penulis dengan pendengar atau
pembaca.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Pengajaran bahasa mengarah kepada penumbuhan
keterampilan menggu-nakan bahasa sebagai alat berkomunikasi, bukan semata-mata
ke arah penumbuh-an pengetahuan tentang bahasa.
Orientasi belajar mengajar bahasa
berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi disebut pendekatan
komunikatif. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -14.2pt;">
<b>E.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></b><b>Beberapa Model
Pembelajaran Kooperatif<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang
dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988)
atau Sharan (1990) dalam Rachmadi (2006) sebagai berikut.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 14.2pt;">
<b>1</b>. <b>Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini pertama kali
dikembangkan oleh Aronson dkk. Langkah-langkah dalam penerapan jigsaw adalah
sebagai berikut :<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo6; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
a.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru membagi suatu
kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 - 6
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang
dan rendah serta jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda serta kesetaraan gender. Kelompok ini disebut kelompok asal.
Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi
pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari
salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok
ahli (<i>Counterpart Group</i>/CG). Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan
bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini
oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji). <o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
Contoh
pembentukan kelompok jigsaw sebagai berikut :<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
Misal
suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang akan dicapai
sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran,
maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan
8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan
kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh dalam
diskusi di kelompok ahli serta setiap siswa menyampaikan apa yang telah
diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok
baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo6; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
b.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Setelah siswa
berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan
presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok
untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo6; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
c.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberikan kuis
untuk siswa secara individual.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo6; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
d.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberikan
penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo6; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
e.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Materi sebaiknya
secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo6; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
f.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Perlu diperhatikan
bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan
suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 14.2pt;">
<b>2</b>. <b>Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number
Heads Together)</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 1.0cm; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan
oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa
dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
Langkah-langkah
penerapan NHT:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l9 level1 lfo7; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
a.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru menyampaikan
materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang
akan dicapai.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l9 level1 lfo7; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
b.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberikan kuis
secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau awal.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l9 level1 lfo7; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
c.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru membagi kelas
dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa, setiap anggota
kelompok diberi nomor atau nama.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l9 level1 lfo7; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
d.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru mengajukan
permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l9 level1 lfo7; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
e.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru mengecek
pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor(nama) anggota kelompok untuk
menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban
dari kelompok.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l9 level1 lfo7; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
f.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memfasilitasi
siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir
pembelajaran.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l9 level1 lfo7; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
g.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberikan
tes/kuis kepada siswa secara individual<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l9 level1 lfo7; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
h.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberi
penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya(terkini).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 32.2pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l8 level1 lfo10; tab-stops: 1.0cm; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<b>3.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></b><b>Pembelajaran kooperatif tipe STAD (<i>Student Teams Achievement Divisions</i>).<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 1.0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin
dkk. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD :<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
a.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru menyampaikan
materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang
akan dicapai.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
b.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberikan
tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor
awal.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
c.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru membentuk
beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan
yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan gender.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
d.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Bahan materi yang
telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman
materi (Slavin, 1995).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
e.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memfasilitasi
siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada
materi pembelajaran yang telah dipelajari.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
f.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberikan
tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
g.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberi
penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 32.2pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l8 level1 lfo10; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<b>4.<span style="font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></b><b>Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited
Individualization atau Team Accelarated Instruction)<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 1.0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh
Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak
digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap
siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan
oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk
didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota
kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab
bersama.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 10.35pt;">
Langkah-langkah pmbelajaran kooperatif tipe TAI sebagai
berikut :<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l5 level1 lfo9; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
a.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberikan tugas
kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah
dipersiapkan oleh guru.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l5 level1 lfo9; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
b.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberikan kuis
secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l5 level1 lfo9; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
c.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru membentuk
beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan
yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) Jika
mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
kesetaraan gender.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l5 level1 lfo9; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
d.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Hasil belajar siswa
secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap
anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l5 level1 lfo9; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
e.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span> Guru memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang
telah dipelajari.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l5 level1 lfo9; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
f.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberikan kuis
kepada siswa secara individual.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 49.65pt; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l5 level1 lfo9; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -21.3pt;">
g.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span>Guru memberi
penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).<o:p></o:p></div>
<h5 style="line-height: 150%; margin-left: 144.0pt; tab-stops: 36.0pt;">
<o:p> </o:p></h5>
<h5 style="line-height: 150%; margin-left: 144.0pt; tab-stops: 36.0pt;">
DAFTAR
RUJUKAN</h5>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IT">Ahmadi, M. 1988. <i>Materi Dasar
Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. </i>Jakarta: Depdikbud.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="FI">Aminuddin 1996. <i>Isi dan Strategi
Pengajaran Bahasa Indonesia: Pendekatan Ter-padu dan Pendekatan Proses.</i> </span><st1:city w:st="on">Malang</st1:city>: FPBS IKIP <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Malang</st1:place></st1:city>.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="SV">Depdiknas. 2002. <i>Kurikulum Berbasis
Kompetensi.</i> Jakarta: Pusat Kurikulum, Balit-bang Depdiknas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="FI">Dimyati, Mudjiono. 2002. <i>Belajar dan
Pembelajaran</i>. Jakarta. </span>Rineka Cipta. </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
Farris, P.J.
1993. <i>Language Arts: A Process Approach.</i> <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Madison</st1:place></st1:city>: Brown and Benchmark.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="DE">Hamalik, O. 2003. </span><i><span lang="NO-BOK">Proses Belajar Mengajar</span></i><span lang="NO-BOK">. Bandung: Bumi Aksara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="NO-BOK">Hardjono, S. 1988. <i>Prinsip-prinsip
Pengajaran Bahasa dan Sastra.</i> Jakarta: Depdik-bud<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="NO-BOK">Haryadi dan Zamzami. 1996. <i>Peningkatan
Keterampilan Berbahasa Indonesia</i>. </span><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>: Depdikbud-Dikti</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="FI">Johnson, E.B. 2002. </span><i>Contextual
Teaching and Learning.</i>Thousand Oaks,<i> </i><st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">California</st1:place></st1:state>: Corwin.<span lang="IN"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="FI">Keraf, G. 1997. <i>Komposisi.</i> </span><span lang="PT-BR">Ende Flores Nusa Tenggara Timur:
Nusa Indah.<o:p></o:p></span></div>akip effendyhttp://www.blogger.com/profile/01491055190392038571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1178892305411802686.post-29218305567598327472010-07-31T05:03:00.000-07:002010-07-31T05:10:25.368-07:00Rekening Gendut Perwira Polri; polemik metafora Polri-TempoBeberapa hari terakhir, setelah majalah Tempo mengeluarkan edisinya (28 Juni – 4 Juli), kontroversi penafsiran kalimat metaforis “Rekening gendut perwira Polri” menyeruak menghiasi halaman muka media massa tanah air. Situasinya semakin panas setelah Mabes Polri bersikap reaksional terhadap kalimat yang diperkuat dengan visualisasi karikatur seorang perwira polisi menggembala celengan babi itu. Korps baju cokelat itu tidak terima karena merasa institusinya dihina dan dilecehkan. Mebes Polri menganggap pihak majalah Tempo tidak memiliki itikad pemberitaan yang baik tentang kepolisian terkait pemberitaan dua edisi sebelumnya. Sehingga, kali ini mabes Polri memandang perlu memperkarakan majalah yang redaksinya di bawah pimpinan Wahyu Muryadi itu. <br />Sebagaimana diakui Kadiv Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Edward Aritonang, pihak mabes diwakili Divisi Pembinaan dan Hukum telah memperkarakan ajalah Tempo ke Bareskrim Polri dengan tuduhan menghina institusi Polri sebagaiman diatur dalam KUHP pasal 207 dan 208 (Kompas, 30 Juni 2010). Bahkan, tidak tanggung-tanggung Wakadiv Humas Mabes Polri, Bigjen Zainuri Lubis, menegaskan bahwa Polri menggugat majalah itu secara pidana sekaligus perdata. Anggota Polri dan keluarganya kecewa dan terhina atas pemberitaan itu (Jawa Pos, 1 Juli 2010). <br />Terlepas dari apakah keberadaan celengan (babi) gendut itu benar atau tidak, bila dicermati seksama dari kaca mata ilmiah, tampaknya struktur dan style majalah Tempo memverbalisasikan berita menjadi faktor penyebab naiknya suhu perseteruan Polri dengan majalah itu. Penulis mencermati bahwa Tempo menggunakan bahasa yang memiliki fleksibilitas pemaknaan tinggi dalam masyarakat bahasa dan dunia sastra. Sementara, pihak Polri memaknainya – entah disengaja atau tidak – dari sisi semantik formal. Penuturan pesan secana analogi langsung (direct analogy) dengan menggunakan simbol maupun idiom, sebagaimana yang digunakan Tempo, dalam ilmu Stilistika dikenal dengan istilah metafora. <br />Penggunaan konstruksi kalimat metaforis dalam kehidupan sehari-hari masyarakat bahasa sebenarnya merupakan hal yang wajar. Bahkan, dipandang efektif digunakan dalam situasi tertentu untuk menghasilkan efek tertentu pula. Hanya, pengguna kontruksi kalimat seperti itu dihadapkan pada pertanyaan (1) Tepatkah situasinya? (2) Dapatkah penanggap tutur menerima kemungkinan efek semantis yang ditimbulkannya? Dan, (3) mampukan penanggap tutur menangkap makna lugas di balik makna kias, sebagaimana makna yang dimaksudkan oleh penuturnya? Karena, tanpa memiliki kompetensi linguistik serta kompetensi sosiokultural linguistik memadahi, penanggap tutur akan kesulitan memaknainya. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan pemaknaannya justru salah alamat. Ini sangat dimungkinkan karena konstruksi kalimat metaforis kaya dengan displacing (penggantian arti), distorting (penyimpangan arti). Sebuah pesan disampaikan dengan transfer konsep antara dua kata yang dibandingkan sehingga terkesan timbul penyimpangan arti. Penanggap tutur harus memeras otak untuk merekonstruksi pesan apa sebenarnya yang dimaksudkan penutur.<br />Untuk itu, penulis tergerak mengupas kasus rekening (babi) gendut Perwira Polri itu dari sudut Stilistika, khususnya metafora. Masyarakat perlu tahu bagaimana seharusnya memaknai ungkapan aneh-aneh yang belakangan banyak muncul dalam dunia politik dan hukum kita. Tulisan sederhana ini akan berguna bagi siapa saja yang mengikuti perkembangan kasus ini. Banyak kasus politik dan hukum di negeri ini duduk perkaranya menjadi simpang siur dan tidak proporsiaonal hanya karena permainan dan pemutarbalikan makna kata-kata. Oleh karena itu, sebelum mengupas bagaimana harus merekonstruksi makna lugas di balik makna kias rekening (babi) gendut itu dan pesan apa yang sebenarnya dimaksudkan penutur, kita cermati dahulu sekilas tinjauan teoretis berikut.<br /><br />Apa dan Bagaimana Metafora Itu?<br /><br />Metafora merupakan salah satu figurative language yang dipelajari dalam stilistika. John I. Saeed (2005:345-346) menegaskan bahwa dalam metafora merupakan bentuk analogi langsung (direct analogy). Di dalamnya terdapat pemindahan konsep (concept transference) antara dua hal yang dianalogikan. Pemindahan konsep dari objek yang satu pada objek yang lainnya. Kedua objek itu merupakan hal-hal yang memiliki kemiripan identifikasi sekalipun pada prinsipnya berbeda. Objek yang dibandingkan disebutnya sebagai domain target (target domain) sedangkan objek pembandingnya sebagai domain sumber (source domain). Kedua domain ini merupakan komponen pembangun konstruksi kalimat metaforis. Melalui pemindahan konsep tadi, kondisi-kondisi yang berlaku pada domain sumber dipakai penutur untuk mendeskripsikan kondisi-kondisi yang terjadi pada domain target. <br />Pemindahan konsep (pengiasan) ini hanya dapat dilakukan oleh penutur-penutur bahasa yang kreatif, bukan penutur kebanyakan. Bagi mereka, seperti halnya yang dikatakan George Lakoff dan Mark Johnson (1980) dalam Metaphors We Live By, metafora bukanlah sekedar alat imajinasi puitik dan hiasan retorik semata, tetapi meresap dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar ada dalam bahasa, namun menyatu dalam pikiran dan tindakan. Melalui metafora yang digunakan, seseorang dapat diketahui pikiran dan perbuatannya. Metafora mencerminkan siapa dan bagaimana pemakainya. <br />Makna metafora, menurut Wahab (2006:65-67), dapat direkonstruksi melalui predikasi-predikasi yang dapat dipakai bersama oleh yang dilambangkan (signified) dan yang melambangkan (signifier). Makna yang dimaksudkan penutur dapat diungkap melalui predikasi-predikasi itu. Sebagai contoh, ungkapan metafora Waktu adalah uang. Pada ungkapan ini, waktu sebagai signified, uang sebagai signifier. Predikasi-predikasi yang dapat dipakai bersama adalah berguna, berharga, sangat dibutuhkan, dipakai secara teratur. Bila dipakai dalam kalimat, menjadi (1)Uang itu berguna bagi setiap orang, (2) Dalam kehidupan sehari-hari, uang sangat berharga, (3) Uang sangat dibutuhkan siapa saja, dan (4) Uang harus dipakai secara teratur. Setiap kata uang pada kalimat-kalimat di atas, dapat didistribusi dengan kata waktu. Ini membuktikan predikasi-predikasi itu dapat dipakai bersama antara signifier uang dengan signified waktu. Dengan demikian, makna yang dimaksud ungkapan metaforis tersebut adalah waktu itu berharga nilainya, sangat berguna bagi siapa saja, sangat dibutuhkan siapa saja, dan harus dipakai secara teratur sebagaimana uang. <br /><br />Komponen Pembangun Metafora<br /><br /> Domain target (signified) dan domain sumber (signifier) merupakan dua komponen pembangun metafora. Identifikasi atas keduanya menjadi dasar pijakan arah transfer konsep dan distribusi predikasi dalam upaya merekonstruksi makna lugas dibalik makna kias sebuah konstruksi kalimat metaforis. Pradopo (2005:66-67) menyebutkan bahwa kadangkala salah satu domain dalam metafora sengaja dilesapkan oleh penuturnya. Dalam metafora seperti ini penutur hanya memunculkan sifat-sifat domain yang disesapkan itu. Metafora seperti ini disebutnya sebagai metafora implisit (implied metaphor). Seperti, Politik selalu berombak. Politik sebagai domain target dikiaskan dengan (sesuatu) yang berombak. Berombak merupakan predikasi laut. Jadi, domain sumber yang dilesapkan adalah laut. Sifat-sifat laut yang berombak mendeskripsikan bagaimana politik di mata penutur kalimat metaforis itu.<br /><br />Bagaimana dengan Rekening Gendut Perwira Polri? <br /><br />Dalam kasus kebahasaan ini, kita dihadapkan pada struktur sintaksis metafora dalam bentuk frasa. Kata rekening, dalam konstruksi itu berperan sebagai pokok frasa. Gendut merupakan atribut, Perwira Polri merupakan posesif pronomina atas kata rekening. Untuk memudahkan pemahaman, frasa metaforis ini dapat ditransformasi menjadi kalimat metaforis atas dasar posesif pronomina tadi. Sehingga, menjadi Perwira Polri memiliki rekening. Selanjutnya diderivasikan menjadi Rekening itu gendut. Transformasi seperti ini memudahkan kita mengidentifikasi kedua domainnya. Dari sini menjadi jelas bahwa rekening merupakan domain target, yakni domain yang kondisi-kondisinya dapat diuraikan oleh domain sumber. Gendut merupakan kondisi yang dimiliki oleh domain sumber yang sengaja dilesapkan penutur. Melalui bantuan visualisasi karikatur, diketahui bahwa domain yang dilesapkan itu adalah babi. Jadi, secara struktural metafora Rekening gendut Perwira Polri merupakan implied metaphor.<br />Bagaimana maknanya? Apa sebenarnya yang dimaksud penuturnya? Untuk mengetahui sifat dan kondisi apa yang dimaksud penutur atas rekening itu, perlu dimunculkan predikasi-predikasi lain pada babi selain gendut dan sifat-sifat fisik pada gendut itu sendiri. Maaf, sebagai contoh, predikasi lain babi adalah banyak makan, makan apa saja, dan lain-lain. Sementara, kondisi fisik yang melekat pada gendut adalah isi perutnya banyak. Jadi, berdasarkan sedikit predikasi dan kondisi itu saja secara ilmiah sudah dapat direkonstruksi makna yang dimaksud penutur, dalam hal ini pihak Tempo, adalah rekening Perwira Polri itu banyak makan (diisi terus), makan apa saja (diisi apa saja) sehingga isi (jumlah nominalnya) banyak. Pada prinsipnya semakin banyak penanggap tutur menghadirkan predikasi dan kondisi yang dapat diberlakukan pada kedua domain akan semakin jelas makna apa yang dimaksud penutur dalam metaforanya. <br />Hal lain yang penting dicermati adalah target domain. Domain ini merupakan fokus sasaran makna kias yang bersumber dari source domain. Makna kias apa pun yang muncul pada metafora Rekening gendut Perwira Polri tidak dimaksudkan pada Perwira Polri tetapi pada rekening karena Perwira Polri bukan target domain melainkan posesif pronomina dalam konstruksi sintaksis itu. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis penegaskan salah alamat apabila babi ditafsirkan sebagai prajurit polri sebagaimana yang disampaikan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Edward Aritonang (Kompas, 1 Juli 2010). Segala kondisi yang melekat pada (babi) gendut sebagai domain sumber hanya mendeskripsikan kondisi-kondisi yang dimaksudkan penutur pada rekening sebagai domain target. Begitu pula bila ditasirkan bahwa yang dimaksud babi itu adala kantor institusi Polri, sebagaimana disampaikan Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Kombespol Marwoto Soeto (Jawa Pos, 1 Juli 2010).<br />Kemudian, yang tetap menjadi pertanyaan adalah mengapa menggunakan metafor babi? Mengapa tidak menggunakan ayam? Dalam ilmu retorika maupun stilistika dikenal istilah kata konkret (Concrete word) dan pilihan kata (diction). Dari sekian kata, penutur kreatif akan menentukan kata mana yang paling dianggap mampu mewakili gambaran imajinya. Ia harus memilih kata mana yang dianggap paling bisa mewadahi pikiran dan perasaanya untuk disampaikan pada orang lain. Pihak Tempo menganggap kata babi-lah yang memenuhi kedua ketentuan itu. Justru disitulah terkandung kadar metaforanya. Kata ayam dianggapnya tidak mampu mewakili gambaran imaji, pikiran, dan perasaannya yang hendak disampaikan pada masyarakat. Celengan ayam dianggapnya sebagai hal yang biasa dan wajar, padahal ia ingin menyampaikan sesuatu yang tidak wajar sebagaimana diutarakan pimpinan redaksinya, Wahyu Muryadi (Jawa Pos, 1 Juli 2010). <br />Terlepas dari sudut pandang hukum, analisis semantis metafora seperti di atas membuktikan bahwa tanpa disertai kompetensi linguistik serta kompetensi sosiokultural linguistik yang memadahi penafsiran atas metafor-metafor yang akhir-akhir ini kerap digunakan media massa, pejabat negara, maupun penegak hukum justru akan membingungkan masyarakat. Penafsiran yang keliru dikhawatirkan memberi konstribusi terhadap terbangunya opini publik yang juga keliru. Lebih ironis lagi, bila penafsiran yang keliru itu dijadikan dasar membangun legal opinion tertentu, hasilnya pasti menyesatkan. Dan, bila dijadikan dasar pijakan dilakukannya langkah-langkah hukum, proporsionalitas mendudukkan permasalahan pasti perlu dipertanyakan. <br /><br />Solusi<br /><br />Sepertinya patut direnungkan kembali tiga pertanyaan penulis terdahulu. Kita perlu memastikan apakah kondisi psikologis institusi penegak hukum kita kini berada pada posisi siap menerima kebebasan berbahasa dengan segala kemungkinan efek kebahasaannya. Beban berat yang dipikul Polri dan segala pretensi negatif yang ditimpakan kepadanya, tidak tertutup kemungkinan menjadikan Polri secara institusional amat sensitif terhadap style pemberitaan ala Tempo. Kebebasan pers di alam reformasi serta kode etik jurnalistik, mungkin perlu dipikirkan bagaimana implikasinya terhadap kebebasan menggunakan bahasa. <br />Penulis amat setuju solusi yang diajukan Ketua Aliansi Jurnalis Independen, Nezar Patria. Apapun alasannya, masalah ini akan lebih baik bila diselesaikan melalui mediasi Dewan Pers karena sumber permasalahannya merupakan produk pers. Tuntutan pidana justru membuat masyarakat penasaran dan merosot kepercayaannya kepada Polri. Menurut penulis, mestinya Polri tidak perlu antusias menyikapi masalah ini hanya dari sisi kulitnya (bahasa) saja, tetapi pada isinya. Pada esensi masalah itu. Masyarakat akan lebih terkagum-kagum bila Polri bergegas mencari jawaban siapa yang membocorkan data rekening para Perwira Polri itu pada Tempo? Benarkah rekening para perwira yang disebutkan itu gendut? Dari mana para perwira itu memberi makan babi-babi-nya?akip effendyhttp://www.blogger.com/profile/01491055190392038571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1178892305411802686.post-53647406240060450192009-11-24T23:24:00.000-08:002009-11-24T23:28:42.694-08:00Resensi Karya Siswa (2)DUA SAHABAT YANG BURUK RUPA<br /><br /> Judul Novel : Uglyphobia<br /> Pengarang : Queen Soraya<br /> Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta<br /> Tahun Penerbit : 2008<br /> Cetakan : Pertama<br /> Tebal Halaman : 173<br /><br /> Novel yang berjudul Uglyphobia, yang dikarang oleh Quenn Soraya ini menceritakan dua sahabat yang bernama Garnet dan Vero merupakan sahabat yang sahabat yang sangat sempurna. Bahkan, keduanya tidak dapat dipisahkan, keduanya bersahabat sejak SD. Dan saling melindungi antara kedua sahabat tersebut.<br /> Garnet dan Vero juga kompak dan yakin bahwa dirinya paling cantik. Garnet merupakan anak yang tidak suka makan sehingga postur tubuhnya sangat kurus sedangkan Vero adalah kebalikannya dari Garnet yaitu suka makan dan ngemil dimanapun, kapanpun, Vero selalu makan atau membawa makanan.<br /> Beberapa bulan kemudian, Vero memaksa dirinya untuk ikut operasi sedot lemak, sedangkan Garnet cintanya ditolak oleh anak yaling cakep dikelasnya dia bernama Alan. Setelah cintanya Garnet ditolak , Garnet tidak mau dihina oleh Alan tapi juga diolok-olok oleh Geng CANTIK dikelasnya. Setelah cinta Garnet ditolak, Garnet berusaha untuk melupakan dan mencari penggantinya. Tak lama kemudian Garnet sudah menemukan penggantinya dia bernama Rizki. Rizki merupakan anak yang mempunyai sikap baik hati dan penyabar. Setelah itu Garnet menjalani operasi plastic karena dia disuruh oleh kedua orang tuanya dan Rizki.<br /> Satu bulan kemudian Garnet masuk kampus. Bahkan semua anak terkejut oleh kecantikan Garnet, karena wajah yang buruk kemarin sudah berubah menjadi lebih cantik. Semua anak dikampus sudah tidak lagi membenci Garnet disisi lain Alan pun berusaha untuk meminta maaf kepada Garnet atas hal yang pernah diperbuatnya.<br />Tema dalam Novel ini cukup menarik. Karena tentang kisah percintaan dan perjuangan gadis yang ingin tampil cantik, yang pasti akan banyak disukai oleh pembaca dikalangan Remaja, Mahasiswa dan semua orang yang pernah mengalaminya.<br />Alur dalam Novel ini runtut karena Novel ini diceritakan mulai awal hingga akhir secara runtut, dan mudah dipahami oleh semua pembaca. Sementara, setting cerita yang disuguhkan oleh Queen Soraya ini adalah dunia kampus, rumah, kamar, rumah sakit, mall, kafe, dan masih banyak lagi tempat–tempat yang belum saya ketahui, karena tentang lingkungan kampus yang saya tidak mengerti. <br />Watak dalam Novel ini mudah dipahami karena masing- masing pelaku memiliki watak yang berbeda- beda. misalnya , Garnet memiliki sifat yang berani oleh siapapun tapi juga sangat baik hati, Vero memiliki sifat yang sabar dan baik, Alan memiliki sifat yang jahat dan sombong, Rizki memiliki sifat yang ramah dan baik dan Geng CANTIK memiliki sifat yang sombong dan jahat.<br />Bahasa yang digunakan dalam Novel ini mudah dipahami oleh kalangan Remaja karena bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari- harridan bukan bahasa formal.<br />Amanat yang dapat diambil dari Novel ini, jangan menilai orang dari fisiknya saja tapi harus menilai seseorang pada inerbeauty nya, dan jangan merasa diri kita ini jelek sukuri saja apa yang telah diberikan tuhan kepada kita.<br />Keuntungan setelah membaca Novel ini Kita akan mendapatkan sumber pengetahuan, hiburan sekaligus menunjukkan penghargaannya kepada pengarang. Oleh karena itu Ayo Buruan Beli Novel ini dijamin menyesal bila tidak membacanya…….! <br /><br /><br />Oleh:<br />Erna Wati dan Munifatuz Zuroidah (XI IPA 2)<br />SMA N 1 Tegaldlimo Tapel 2009/2010akip effendyhttp://www.blogger.com/profile/01491055190392038571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1178892305411802686.post-68737483461850788662009-11-24T23:14:00.000-08:002009-11-24T23:19:11.724-08:00Resensi Karya Siswa<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAKIPEF%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAKIPEF%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAKIPEF%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>IN</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:EN-US; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt;} @page Section1 {size:612.1pt 33.0cm; margin:72.0pt 89.85pt 72.0pt 89.85pt; mso-header-margin:35.45pt; mso-footer-margin:35.45pt; mso-paper-source:7 0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 18pt; line-height: 150%;" lang="DE">CINTA DALAM KEMELUT<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: 9pt; line-height: 150%;" lang="DE"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 4cm; line-height: 115%;"><span lang="EN-US">Judul Novel<span style=""> </span>: Cinta Dalam Kemelut</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 4cm; line-height: 115%;"><span lang="EN-US">Nama Pengarang<span style=""> </span>: V. Ladonna</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 4cm; line-height: 115%;"><span lang="EN-US">Tempat Penerbitan<span style=""> </span>: Sinar Matahari, Jakarta</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 4cm; line-height: 115%;"><span lang="EN-US">Tahun Penerbitan<span style=""> </span>: 2005</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 4cm; line-height: 115%;"><span lang="EN-US">Tebal Novel<span style=""> </span>: 128 halaman</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span lang="EN-US">Novel</span><span style="" lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">yang berjudul </span><span style="">”</span><span lang="EN-US">Cinta Dalam Kemelut“</span><span style=""> karya </span><span lang="EN-US">V. Ladonna ini bercerita </span><span style="">tentang</span><span lang="EN-US"> seorang gadis yang bernama windiarti yang mempunyai pacar bernama hastomo sejak kelas 1 SMA. Windiarti sangat cantik, tapi dalam kehidupannya sangat sederhana, ia tinggal bersama kedua orang tuanya dan dua adiknya laki-laki dan perempuan. Sedangkan hastomo juga sangat tampan dan dalam kehidupannya ia sangat tercukupi dan ia adalah anak tunggal di keluarganya.</span><span style=""><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span lang="EN-US">Cinta kedua pasangan ini sangat besar hingga hubungan ini berlanjut sampai hastomo kuliah di Universitas Indonesia jurusan teknik elektro di jakarta. Ayahnya windiarti mennggal saat hastomo di terima di Universitas, sehingga saat itu dalam kesedihan dan kebahagiaan namun walaupun seperti itu cinta mereka sudah terpatri di hatinya masing – masing.</span><span style=""><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span lang="EN-US">Setelah beberapa tahun mereka berhubungan hingga windiarti lulus sma dan bekerja karena harus menjadi tulang punggung dalam keluarganya. Widiarti berkerja disebuah perusahaan besar ditempat ayahnya dahulu bekerja, disana widiarti bertemu dengan arnold anak dari pemilik perusahaan dan arnold kelihatanya sangat menyukai windiarti .</span><span style=""><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span lang="EN-US">Dirumah ibu windiarti membuka usaha warung kecil–kecilan yang kelihatanya mulai membaik meskipun<span style=""> </span>hutang–hutang di keluarganya belum lunas, dan modal uasaha tersebut adalah dari arnold. Ibu windiarti sangat menyukai arnold<span style=""> </span>sehingga windiarti disuruh menikah dengan arnol dan agar kehidupanya bisa membaik dan hutang–hutangnya terlunasi. Namun windiarti bingung karena di samping itu windiarti sudah punya pacar yang sekarang kuliah di Universitas di Indonesia.Tapi dia tidak peduli dengan semua itu , karena ekonomi dirumah sangat sulit. Windiarti selalu dipaksa ibunya untuk menikah dengan arnold dan diapun selalu menolaknya, hingga ibunya sakit dan windiarti mau menikah dengan arnold.</span><span style=""><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="DE">Setelah </span><span style="">W</span><span style="" lang="DE">indiarti menikah dengan </span><span style="">A</span><span style="" lang="DE">rnold, Hastomo pun mengetahuinya dan dia sangat kecewa dengan windiarti. Hati Hastomo sangat hancur, ia tak mau lagi untuk bertemu dengan<span style=""> </span>windiarti yang telah menghianati cintanya sendiri.</span><span style="" lang="DE"> </span><span style="" lang="DE">Ibu windiarti mengetahui bahwa hastomo sangat kecewa dengan windiarti dan dia pun selalu bersedih di rumahnya sehingga membuat hati ibunya iba dan sadar bahwa apa yang telah ia lakukan telah salah dan menyakiti hati anaknya dan pasangannya kemudian ibunya minta maaf dan memohon untuk kembali dengan kekasihnya yaitu Hastomo.</span><span style="" lang="DE"> </span><span style="" lang="DE">Namun</span><span style="">,</span><span style=""> <span lang="DE">Hastomo sudah terlanjur kecewa dan benci dengan windiarti,ia tak mau lagi bertemu dengan windiarti tapi ada salah satu teman windiarti yaitu rara yang menyadarkan dan menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi dikehidupan windiarti selama di tinggal kuliah. Dan hastomo pun mengerti dan sadar .<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="DE">Kemudian hastomo menemui dia dan mengucapkan kata maaf dan diapun seperti itu. Yang lebih baik menghianati cintanya arnold dari pada menghianati cintanya sendiri yang selalu hadir dalam kegelisahanya. Dan ia sadar bahwa harta bukanlahlah segalanya.</span><span style="" lang="DE"> </span><span style="" lang="DE">Merekapun akhirnya menikah setelah hastomo sudah bisa berkerja sendiri dengan hasil upayanya tanpa kedua orang tuanya yang kaya dan merekapun hidup bahagia.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="DE">Tema</span><span style=""> n</span><span style="" lang="DE">ovel ini menarik</span><span style="">, kisahnya</span><span style="" lang="DE"> menyedihkan </span><span style="">sekaligus</span><span style="" lang="DE"> mengharukan karena dalam cerita tersebut </span><span style="">diki</span><span style="" lang="DE">sahkan seorang gadis yang pernah akan meninggalkan cinta sejati karena ingin balas budi dan demi menuruti keinginan ibunya yang ingin menikahkannya dengan orang kaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang kurang tercukupi.</span><span style=""> Sementara, kronologi ceritanya menggunakan </span><span style="" lang="DE">alur maju</span><span style="">. </span><span style="" lang="DE">Semua</span><span style=""> bagian </span><span style="" lang="DE">cerita dalam novel ini tidak mengait-kaitkan kehidupan dahulu, atau menulang-ulang kembali kisah yang sudah terjadi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="">Penggambaran w</span><span lang="EN-US">atak </span><span style="">masing-masing pelakunya</span><span lang="EN-US"> sangat jelas, seperti Windiarti mempunyai watak yang pendiam, sabar, dan penurut. Hastomo mempunyai watak yang sabar, pemarah, dan<span style=""> </span>pengertian. Arnold mempunyai watak yang keras, pemarah, egois, dan ingin selalu menang sendiri.. Ibu windiarti mempunyai watak yang sabar dan</span><span style="" lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">keras.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="">Dalam menuturkan kisahnya, pengarang menggunakan laras bahasa yang tidak asing dengan bahasa kaum remaja dalam kehidupan </span><span lang="EN-US">sehari-hari, </span><span style="">yakni bahasa yang sering dikatakan sebagai bahasa gaul anak muda. Penggunaan bahasa seperti ini menjadikan novel ini secara psikologis cepat akrab dengan calon pembacanya, yakni para remaja. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="">Melalui kisah</span><span lang="EN-US"> novel ini</span><span style="">,</span> <span style="">seolah pengarang hendak mengingatkan pembaca akan dua hal, yaitu pertama, </span><span lang="EN-US">cinta </span><span style="">memang </span><span lang="EN-US">dapat mengalahkan semua </span><span style="">semua kekuatan yang menentangnya, namun</span><span lang="EN-US"> cinta juga bisa membuat hati kita hancur dan tiada daya lagi. </span><span style="">Kedua,</span><span lang="EN-US"> harta semua kekayaan bukanlah segalanya dalam kehidupan kita.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="">Cerita dalam novel ini mengasyikkan untuk dinikmati. Bisa juga dinikmati di saat-saat kita senggang untuk memperkaya khasanah pengetahuan kita tentang permasalahan sekitan percintaan anak muda. Oleh karena itu, menurut penulis tidak ada salahnya jika novel ini dijadikan koleksi novel pribadi di rumah. Bagi yang belum membaca, sebaiknya segera menghubungi toko-toko buku terdekat. Siapa tahu stoknya hampir habis. Semoga bermanfaat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: right; text-indent: 18pt;" align="right"><span lang="EN-US">Oleh :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: right;" align="right"><u><span lang="EN-US">Yesi Asmarani</span></u><u><span style=""> dan </span><span lang="EN-US">Nur Ratri Laksmi</span></u><span lang="EN-US"> </span><span style="">(</span><span lang="EN-US">XI IPA 2</span><span style="">)</span><u><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></u></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: right;" align="right"><span lang="EN-US">SMA NEGERI 1 TEGALDLIMO</span><span style=""> Tapel 2009/2010<o:p></o:p></span></p> akip effendyhttp://www.blogger.com/profile/01491055190392038571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1178892305411802686.post-26212633224159601172009-07-14T03:55:00.000-07:002012-03-01T06:22:28.823-08:00Metafora dalam PuisiKajian-kajian terhadap metafora sebagai gaya bahasa, sebagaimana disampaikan Saeed (2005:346), pada umumnya menggunakan pendekatan yang didasarkan pada dua pandangan yang berbeda. Pendekatan pertama didasarkan pada pandangan klasik (<span style="font-style: italic;">Classical View</span>) terhadap metafora. Pandangan klasik ini muncul sejak beredarnya tulisan Aristoteles (384-322 SM) tentang metafora. Aristoteles memandang metafora sebagai satu jenis hiasan tambahan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Metafora dianggap sebagai alat retorik yang hanya digunakan pada saat-saat tertentu untuk mencapai efek tertentu pula. Wujudnya menyimpang dari bahasa yang dianggap masyarakat sebagai bahasa yang normal. Oleh karena itu, setiap pendengar menangkap ujaran metafora, ia akan menangkapnya sebagai bentuk ujaran yang aneh (anomalous) sehingga ia harus berusaha sedemikian rupa untuk dapat merekonstruksi makna apa sebenarnya yang terkandung dalam ujaran aneh itu.<br />
Pendekatan kedua didasarkan pada pandangan romantik (<span style="font-style: italic;">Romantic View</span>). Kemunculannya terjadi sekitar abad 18-19 Masehi. Aliran ini memandang metafora sangat berbeda dengan pandangan sebelumnya. Dalam pandangan romantik, metafora merupakan wujud integral dari bahasa dan pikiran sebagai sebuah cara pencarian pengalaman. Sebuah bentuk metafora dipandang tidak hanya sebagai refleksi dari bagaimana penuturnya menggunakan bahasa, tetapi juga sebagai refleksi dari bagaimana pikiran-pikiran penuturnya.<br />
Lebih dari itu, sebagaimana yang disampaikan Freeborn (1996:63) bahwa George Lokaff dan Mark Johnson, sebagai penganut pandangan romantik, mengakui metafora bukanlah sekedar alat imajinasi puitik dan hiasan retorik semata, tetapi meresap dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar ada dalam bahasa, namun menyatu dalam pikiran dan tindakan. Melalui metafora yang digunakan, seseorang dapat diketahui pikiran dan perbuatannya. Metafora mencerminkan siapa dan bagaimana pemakainya.<br />
<br />
<span style="color: #ff6600;"><strong>Pengertian Metafora</strong></span><br />
Hendy (1991:69) mengemukakan bahwa metafora berasal dari kata meta dan phoreo yang berarti bertukar nama atau perumpamaan. Metafora adalah majas perbandingan langsung, yaitu membandingkan sesuatu secara langsung terhadap penggantinya. Untuk memperjelas pengertian yang diajukannya, Hendy memberikan contoh sebagai berikut.<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;">(<em>1) Sang ratu malam telah muncul di ufuk timur.<br />(2) Jantung hatinya hilang tanpa berita.</em></span><br />
Ungkapan ratu malam pada kalimat pertama berarti bulan sedangkan ungkapan jantung hati pada kalimat kedua berarti kekasih. Jadi, bulan secara langsung dibandingkan dengan ratu malam atau ratu pada malam hari, sedangkan kekasih secara langsung dibandingkan dengan jantung dan hati.<br />
Apa yang dimaksud dengan perbandingan langsung pada pengertian yang diajukan Hendy di atas, dapat dipahami dengan jelas melalui pengertian metafora yang diajukan Waluyo. Waluyo (1987:84), dalam bukunya yang berjudul Teori dan Apresiasi Puisi, menyatakan bahwa metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan. Metafora itu langsung berupa kiasan. Sebagai contoh klasik, yaitu litah darat, bunga bangsa, kambing hitam, bunga sedap malam, dan sebagainya. Contoh-contoh yang dipaparkan ini dikatakannya sebagai metafora konvensional, yaitu metafora yang sudah lazim.<br />
Dalam puisi-puisi modern, banyak dijumpai metafora yang tidak konvensional sebagai hasil upaya kreatif penyair. Jenis metafora ini bersifat original. Ia hanya dimiliki oleh penyairnya. Sebagai contoh, Waluyo menyajikan petikan puisi karya Rendra yang berjudul Surat Cinta sebagai berikut.<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><em>Engkaulah Putri Duyung<br />Tawananku<br />Putri Duyung dengan suara merdu<br />Lembut bagai angin laut<br />Mendesahlah bagiku</em></span><br />
Dalam penggalan puisi ini, Rendra mengiaskan kekasihnya sebagai putri duyung. Putri duyung merupakan metafora yang tidak lazim dikenal masyarakat sehingga disebut sebagai metafora yang tidak konvensional. Metafora ini hasil proses kreatif Rendra dalam menciptakan puisi. Putri duyung sebagai metafora hanya ada dalam puisi Rendra. Sebagai penyair yang kreatif, Rendra enggan menggunakan ungkapan seperti bunga desa, belahan jiwa, jantung hati, ataupun ungkapan-ungkapan lain yang sudah ada sebelumnya.<br />
Selanjutnya, Aminudin (1987:143) juga mengajukan pengertian metafora yang menekankan pada kandungan makna kiasnya. Aminudin mengemukakan bahwa metafora merupakan bentuk pengungkapan yang di dalamnya terdapat hubungan makna secara tersirat, mengungkapkan acuan makna yang lain selain makna sebenarnya. Suatu kata atau frasa tidak lagi mewakili acuan maknanya sendiri, tetapi mewakili acuan makna yang dimiliki kata atau frasa lainnya yang dianggap sepadan. Misalnya, ”Cemara pun gugur daun” mengungkapkan makna ”ketidakabadian kehidupan”.<br />
Ahli lain, yakni Saeed (2005:345-346), juga membenarkan adanya pemindahan makna (concept transference) dalam metafora. Saeed menyatakan bahwa pada umumnya, metafora disamakan halnya dengan simile bahwa pada keduanya terdapat identifikasi kemiripan hal-hal yang dianalogikan. Padahal, metafora sebenarnya lebih dari itu karena dalam metafora terdapat pemindahan konsep dari komponen yang satu pada komponen yang lainnya. Komponen-komponen pembangun metafora itu berupa domain target (target domain) dan domain sumber (source domain). Domain target, dalam termenologi I.A. Richard, disebut sebagai tenor sedangkan domain sumber disebut sebagai vehicle.<br />
Batasan yang diajukan para ahli di atas pada dasarnya memiliki kesamaan, yaitu munculnya makna kias sebagai akibat dari perbandingan antara dua objek secara langsung (direct analogy). Kedua objek yang dibandingkan tersebut sebenarnya merupakan objek-objek yang berbeda. Namun, salah satu objek memiliki kondisi-kondisi yang mirip atau bahkan mungkin sama dengan kondisi-kondisi yang dimiliki oleh objek yang lain. Artinya, kondisi suatu objek dapat menggambarkan kondisi objek lainnya. Objek-objek seperti inilah oleh penyair yang kreatif sering digunakan secara distributif sehingga lahir apa yang disebut dengan kiasan langsung dalam metafora.<br />
Pengertian-pengertian di atas, bila dicermati tampaknya dirumuskan oleh para ahli berdasarkan tinjauan secara semantis. Sebuah kata - dapat pula berupa kelompok kata, nama, maupun istilah - dapat dipakai sebagai perbandingan atau kiasan kata lain apabila keduanya memiliki kandungan semantis yang mirip atau mungkin sama. Kata-kata itu dianggap memiliki kandungan konsep yang sepadan sehingga konsep kata yang satu dipakai untuk menggambarkan konsep kata yang lainnya. Objek yang satu digunakan untuk menggambarkan kondisi objek yang lainnya.<br />
Di samping rumusan pengertian metafora yang didasarkan pada tinjauan aspek semantis sebagaimana dipaparkan sebelumnya, ada pula rumusan-rumusan pengertian metafora yang didasarkan pada tinjauan aspek sintaksis. Pada rumusan ini, sudut pandang para ahli dipusatkan pada bagaimana hubungan dua hal yang dibandingkan itu dalam sebuah konstruksi sintaksis. Mengingat kedua hal tersebut merupakan komponen-komponen pembangun konstruksi kalimat metaforis. Sebagai kompenen-komponen yang dibandingkan, keduanya pasti bersifat sepadan dan secara sintaksis hubungannya bersifat koordinatif. Namun demikian, dalam sebuah konstruksi kalimat metaforis, justru tidak diperlukan piranti formal lingustik yang berupa konjungsi komparatif untuk menjalin hubungan di antara keduanya.<br />
Rumusan pengertian metafora yang menggunakan sudut pandang itu diajukan Siswantoro. Siswantoro (2005:27-28) menyampaikan bahwa metafora sama halnya seperti simile, motafora juga membandingkan antara objek yang memiliki titik-titik kesamaan, tetapi tanpa menggunakan kata-kata pembanding seperti, sebagai, bagai, dan lain-lain. Untuk memperjelas batasan yang diajukannya, Siswantoro memaparkan kembali pendapat Wren dan Martin bahwa a metaphor is an implied simile. It does not like the simile, state one thing is like another or acts as another, but takes that for granted and proceeds as if the two things were one. Atas dasar pengertian seperti itu, kalimat He fought like a lion, merupakan contoh bentuk simile, tetapi kalimat He was a lion in the fight, meru-pakan contoh bentuk metafora.<br />
Dalam penjelasan di atas, Siswantoro secara tegas mengatakan bahwa ketiadaan konjungsi komparatif sebagai piranti formal linguistik secara sintakitis merupakan keharusan dalam sebuah metafora. Hal serupa juga disampaikan Pradopo dan Djajasudarma. Pradopo (2005:66) dan Djajasudarma (1999:21) menjelaskan bahwa metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata pembanding seperti, bagai, laksana, dan sebagainya. Metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Metafora menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama. Sebagai contoh, Pradopo memaparkan larik-larik puisi Subagio yang berjudul Dewa Telah Mati, sebabai berikut.<br />
<br />
<em><span style="font-size: 85%;">Bumi ini perempuan jalang<br />Yang menarik laki-laki jantan dan pertapa<br />Ke rawa-rawa mesum ini</span></em>Dalam penggalan puisi di atas, hubungan bumi ini dengan perempuan jalang bersifat sepadan atau koodinatif. Bumi disamakan (dibandingkan) dengan perempuan jalang, namun, hubungan keduanya secara sintaksis tanpa kehadiran konjungsi komparatif seperti, bagai, laksana, atau yang lainnya. Bumi yang dimaksudkan penyair adalah bumi yang memiliki sifat-sifat seperti perempuan yang jalang, yakni perempuan yang suka menarik laki-laki dan orang baik-baik ke tempat-tempat atau kehidupan mesum yang kotor.<br />
Selain itu, Pradopo juga menjelaskan bahwa ada metafora yang disebut dengan metafora mati (dead metaphor). Metafora mati adalah metafora yang sudah klise. Metafora semacam ini sudah dilupakan orang bahwa itu metafora. Sebagai contoh ungkapan kaki gunung, lengan kursi, dan sebagainya. Ungkapan-ungkapan ini sudah biasa dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Penyair yang kreatif menghindari pemakaian metafora seperti ini. Ia akan mencari bentuk-bentuk ungkapan atau metafora yang baru, yang original.<br />
Para ahli di atas, membicarakan metafora dari dua sudut pandang yang terpisah dan berbeda, yaitu dari aspek semantis dan aspek sintaksis. Namun, ada juga ahli lain yang memandang bahwa kedua sudut pandang itu merupakan satu-kesatuan integral yang harus dibicarakan dalam pembahasan tentang metafora. Artinya, untuk mendapatkan penjelasan yang lengkap dan memuaskan, kedua hal tersebut harus dibahas secara serempak, sebagaimana yang diajukan Griffith, Freeborn, dan Keraf berikut.<br />
Griffith (1982:59-60) menyampaikan bahwa metafora memiliki dua pengertian, yakni pengertian secara umum (general meaning) dan pengertian secara khusus (specific meaning). Secara umum, metafora merupakan bentuk analogi, yakni perbandingan untuk mencari persamaan-persamaan antara dua hal yang dibandingkan. Sementara secara khusus, metafora merupakan jenis bentuk perbandingan tersendiri yang khas, yang berbeda dengan simile. Jika simile membandingkan dua hal yang berbeda ditandai dengan penggunaan kata like ‘seperti’ atau as ‘bagai atau bagaikan’, maka metafora justru menghilangkan penggunaan kata-kata pembanding seperti itu.<br />
Dijelaskan bahwa analogi dalam metafora terjadi secara langsung atau bersifat implisit. Artinya, suatu hal dibandingkan secara langsung dengan hal lain sehingga makna yang dikehendaki muncul secara tersirat dibalik perbandingan itu. Untuk memperjelas batasan yang diajukan, Griffith memaparkan contoh larik-larik puisi Shakespare yang berjudul Fair Is My Love sebagai berikut.<br />
<br />
<em><span style="font-size: 85%;">Fair is my love, but</span></em><em><span style="font-size: 85%;"><strong> not so fair as fickle<br />Mild as a dove</strong>, but neither true trusty<br />Brighter than glass, and yet, <strong>as glass is</strong>, brittle<br />Softer than wax, and yet, <strong>as iron</strong>, rusty</span></em><br />
Pada keempat larik penggalan puisi di atas, kata-kata yang bercetak tebal merupakan bentuk simile. Perbandingan-perbandingan tak langsung dalam larik-larik itu dijalin oleh Shakespare dengan menggunakan kata as sebagai konjungsi komparatif. Secara sintaksis, perbandingan-perbandingan seperti itu bersifat eksplisit, bukan implisit sebagaimana perbandingan dalam metafora.<br />
Selanjutnya, dalam puisi Samuel Daniel yang berjudul Love Is a Sickness, Griffith menemukan larik-larik sebagai berikut.<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><em>Love is a sickness full of woes<br />All remedies refusing<br />A plant that with most cutting grows<br />Most barren with best using.<br />Why so?</em></span><br />
Larik pertama dan ketiga pada bait puisi di atas merupakan bentuk metafora. Perbandingan-perbandingan disusun tanpa menghadirkan kata pembanding sehingga analogi yang terjadi bersifat langsung dan makna kiasannya tersirat didalamnya.<br />
Freeborn (1996:63) menyatakan bahwa dalam metafora sebutan atau keterangan atas suatu objek dipindahkan pada objek lain yang berbeda tapi analog, sehingga sebutan atau keterangan-ketarangan itu dapat berlaku dengan baik atas keduanya. Perbandingan yang terjadi dalam metafora bersifat implisit karena hubungan kedua objek tanpa disetai kehadiran konjungsi komparatif. Sementara, perbandingan yang terjadi dalam simile bersifat eksplisit karena menggunakan konjungsi komparatif like ‘seperti’ atau as ‘bagai/bagaikan’. Sebuah simile bila konstruksinya dimampatkan (to be compressed) akan dapat menjadi metafora. Selanjutnya, freeborn menyajikan contoh sebagai berikut.<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><em>Love is another Archilles, another Hercules<br />but much more strong than either</em></span>Freeborn mengakui apa yang dikatakan George Lokaff dan Mark Johnson bahwa metafora bukanlah sekedar alat imajinasi puisi dan hiasan retorik semata tetapi meresap dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar ada dalam bahasa, namun menyatu dalam pikiran dan tindakan. Dengan kata lain, tidak benar bila metafora hanya dianggap sebagai sarana penyair membangun keindahan bertutur dalam puisinya. Metafora, secara kreatif diciptakan dan dipakai penyair didasarkan pada pengendapan pemahaman dan penghayatan atas kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berkaitan dengan segala sesuatu yang ada di dalam dirinya maupun di luar dirinya.<br />
Penegasan yang sama juga disampaikan Keraf (2006:139-140) bahwa metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat, seperti bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Metafora sebagai perbandingan langsung, tidak menggunakan kata seperti, bak, bagai, bagaikan dan lain-lain. Dalam metafora, pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Proses terjadinya, sebenarnya sama dengan simile, tetapi secara berangsur-angsur keterangan mengenai persamaan dan pokok pertama dihilangkan, misalnya sebagai berikut.<br />
<span style="font-size: 78%;"></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><em>(1) Pemuda adalah seperti bunga bangsa. (menjadi) Pemuda adalah bunga bangsa (menjadi)<br />Pemuda bunga bangsa. (menjadi)<br />bunga bangsa<br /><br />(2) Orang itu adalah seperti buaya darat. (menjadi)<br />Orang itu adalah buaya darat (menjadi)<br />Orang itu buaya darat. (menjadi)<br />buaya darat </em></span><br />
<br />
Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa metafora tidak selalu menduduki fungsi predikat, tetapi dapat juga menduduki fungsi lain, seperti subjek, objek, dan sebagainya. Metafora dapat berdiri sendiri sebagai kata. Di sinilah letak perbedaan metafora dengan simile. Simile tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata karena keberadaan konteks sangat diperlukan untuk membantu menentukan persamaan makna.<br />
Rumusan yang agak berbeda dan menarik untuk dikaji adalah rumusan definisi yang diajukan Wahab. Sebelum mengajukan pendapatnya tentang metafora, Wahab (2006:65-67) mengemukakan bahwa pembicaraan tentang metafora ada sejak jaman kuno, yakni sejak jaman Aristoteles dan Quintilian. Menurut Aristoteles (384-322 SM), metafora merupakan ungkapan kebahasan untuk menyatakan hal yang umum bagh hal yang khusus, hal yang khusus bagi yang khusus, yang khusus bagi yang umum, atau dengan analogi. Sementara bagi Quintilian (35-95 M), metafora dipandang sebagai ungkapan kebahasaan untuk menyetakan sesuatu yang hidup bagi sesuatu yang hidup lainnya, sesuatu yang hidup untuk sesuatu yang mati, sesuatu yang mati untuk sesuatu yang hidup, dan sesuatu yang mati untuk sesuatu yang mati lainnya.<br />
Menurut Wahab, kedua tokoh itu terjebak oleh cara-cara berpikir simplistis dan dikotomis. Aristoteles dianggapnya terjebak pada pola berpikir umum-khusus atau khusus-umum. Pendapat Quintilian dibatasi oleh kerangka berpikir hidup-mati atau mati-hidup. Untuk itulah, Wahab mengajukan pengertian metafora yang lebih fleksibel. Ia mengartikan metafora sebagai ungkapan kebahasaan yang tidak dapat diartikan secara langsung, melainkan dari predikasi-predikasi yang dapat dipakai baik oleh lambang maupun makna yang dimaksudkan oleh ungkapan kebahasan itu. Dengan kata lain, metafora itu adalah pemahaman dan pengalaman terhadap suatu hal yang dimaksudkan untuk hal lain oleh penulis atau penyairnya.<br />
Dalam bukunya yang lain, Wahab (2005:72) menjelaskan bahwa predikasi-predikasi yang dapat dipakai bersama antara lambang (signifier) dengan yang dilambangkan (signified) akan membantu memudahkan pemahaman terhadap ungkapan metafora. Hal ini karena makna yang dimaksudkan pada yang dilambangkan, dapat diungkap melalui predikasi-predikasi yang berlaku pada lambang. Oleh sebab itu, semakin banyak predikasi yang mungkin dapat dimunculkan dan dapat dipakai, akan semakin baik dan jelas makna ungkapan metafora itu. Sebagai contoh, ungkapan metafora Waktu adalah uang. Pada ungkapan ini, waktu sebagai signified, uang sebagai signifier. Predikasi-predikasi yang dapat dipakai bersama adalah berguna, berharga, sangat dibutuhkan, dipakai secara teratur. Bila dipakai dalam kalimat, sebagai berikut.<br />
<span style="font-size: 85%;"><em>(1) Uang itu berguna bagi setiap orang.<br />(2) Dalam kehidupan sehari-hari, uang sangat berharga.<br />(3) Uang sangat dibutuhkan siapa saja.<br />(4) Uang harus dipakai secara teratur.</em></span><br />
Setiap kata uang pada kalimat-kalimat di atas, dapat didistribusi dengan kata waktu. Ini membuktikan predikasi-predikasi itu dapat dipakai bersama antara signifier uang dengan signified waktu. Dengan demikian, makna yang dimaksud ungkapan metaforis tersebut adalah waktu itu berharga nilainya, sangat berguna bagi siapa saja, sangat dibutuhkan siapa saja, dan harus dipakai secara teratur sebagaimana uang.<br />
Lebih lanjut, ditegaskan pula bahwa dalam menciptakan ungkapan-ungkapan metaforis, penyair tidak dapat dilepaskan begitu saja dari intensitas penghayatan penyair terhadap segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Artinya, keseimbangan interaksi itu menggambarkan kesimbangan persepsi penyair yang dapat ditelusuri melalui penggunaan lambang dalam ungkapan metaforanya. Lambang-lambang yang dipakai dapat dikategorisasi menurut ruang persepsi manusia. Taksonomi ruang persepsi manusia yang dipakai Wahab (2006:71) dipinjam dari Haley, secara berurutan terdiri atas sembilan ruang persepsi, yaitu Human, Animate, Living, Objective, Terrestrial, Substantial, Energetic, Cosmos, dan Being.<br />
<br />
<strong><span style="color: red;">Komponen-komponen Metafora</span></strong><br />
Sebagai sebuah bentuk ungkapan, metafora memiliki bagian-bagian sebagai unsur atau komponen pembangunnya. Sehubungan dengan itu, Pradopo (2005:66-67) menyebutkan bahwa metafora terdiri dari dua bagian (term), yaitu term pokok (principal term) dan term kedua (secondary term). Term pokok disebut juga tenor, term kedua disebut juga vehicle. Term pokok (tenor) menyebutkan hal yang dibandingkan, sedang term kedua (vehicle) adalah hal yang dipakai untuk membandingkan. Untuk memperjelas keterangannya tentang kedua kedua jenis term tersebut, Pradopo menyajikan contoh berupa larik-larik puisi yang ditemukan dalam puisi Dewa Telah Mati karya Subagio Sastrowardojo berikut.<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><em>Bumi ini perempuan jalang<br />Yang menarik laki-laki jantan dan pertapa<br />Ke rawa-rawa mesum ini</em></span><br />
Kata bumi pada puisi tersebut sebagai term pokok atau tenor, sementara kelompok kata perempuan jalang sebagai term kedua atau vehicle.<br />
Disampaikan pula, penyair sering secara langsung menyebutkan sifat-sifat term kedua atau vehicle tanpa menghadirkan term itu. Metafora semacam ini disebut metafora implisit (implied metaphor). Dalam puisi lain yang berjudul Sajak karya Subagio Sastrowardojo, ditemukan larik seperti di bawah ini.<br />
<br />
<em><span style="font-size: 85%;">Hidup ini mengikat dan mengurung.</span></em><br />
Pada larik ini, hidup sebagai term pokok diumpamakan sebagai (tali) yang mengikat dan sebagai (kurungan) yang mengurung. Hal yang disebutkan bukan pembandingnya, yaitu tali dan kurungan sebagai term kedua atau vehicle, melainkan sifatnya, yaitu mengikat dan mengurung.<br />
Pada pembahasan pengertian metafora yang telah disampaikan di depan, Keraf (2006:139-140) mengemukakan bahwa metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat, seperti bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Metafora sebagai perbandingan langsung, tidak menggunakan kata seperti, bak, bagai, bagaikan dan lain-lain. Dalam metafora, pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.<br />
Dari pendapat itu, dapat diambil pengertian Keraf juga mengakui bahwa ungkapan kebahasaan yang berupa metafora dibentuk oleh dua bagian. Sama halnya dengan Pradopo, hanya dalam hal ini, Keraf menggunakan istilah pokok pertama untuk term pokok (tenor) dan istilah pokok kedua untuk term kedua (vehicle).<br />
Jika dihubungkan dengan pendapat Wahab (2005:72), apa yang diistilahkan sebagai pokok pertama oleh Keraf, Wahab menyebutnya sebagai signified, yaitu bagian ungkapan metafora yang posisinya dilambangkan. Dan, bagian yang oleh Keraf disebut sebagai pokok kedua, Wahab menyebutnya sebagai signifier, yaitu bagian ungkapan metafora yang posisinya dijadikan sebagai lambang. Dengan demikian, ketiga ahli di atas dapat dikatakan memiliki kesamaan pendapat bahwa ungkapan kebahasaan yang berupa metafora tdrsusun dari dua bagian atau komponen.<br />
<br />
<strong><span style="color: red;">Macam-macam Metafora</span></strong><br />
Di muka telah dijelaskan bahwa gaya bahasa, termasuk metafora, merupakan cara khas penyair menggunakan bahasa untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya pada orang lain (pembaca). Setiap penyair yang kreatif akan mencari dan menemukan keaslianya (karekteristiknya) masing-masing dalam bertutur. Kenyataan ini mengakibatkan lahirnya begitu banyak corak dan ragam gaya bahasa, khususnya metafora. Hal ini karena gaya bahasa kiasan, khususnya metafora, seolah-olah merupakan ladang subur bagi para penyair untuk berkreasi menciptakan ungkapan-ungkapan yang khas dan berdaya ungkap kuat tanpa melupakan estetika.<br />
Meskipun begitu banyak corak metafora yang ditemukan, pada bagian ini akan dipaparkan klasifikasi metafora ditinjau dari beberapa segi, yaitu segi sifatnya, segi keterpakaiannya, dan segi bentuk sintaksisnya. Selanjutnya, paparan yang dimaksud disajikan seperti di bawah ini.<br />
<br />
<strong><span style="color: #6600cc;">1 Berdasarkan Sifatnya</span></strong><br />
Dalam penjelasannya tentang metafora, Waluyo (1987:84) menegaskan bahwa contoh-contoh ungkapan metafora seperti litah darat, bunga bangsa, kambing hitam, bunga sedap malam, dan sebagainya digolongkan sebagai metafora klasik (konvensional). Metafora klasik (konvensional) adalah metafora yang sudah dimiliki masyarakat pemakai bahasa. Metafora jenis ini lazim di-pahami sebagai bentuk metafora. Ia banyak digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Keberadaannya dapat dilacak dalam kamus-kamus idiom (ungkapan).<br />
Lebih lanjut, Waluyo menambahkan bahwa dalam puisi-puisi modern, banyak dijumpai metafora yang tidak konvensional sebagai hasil upaya kreatif penyair. Jenis metafora ini bersifat original. Ia hanya dimiliki penyairnya. Misalnya, pada puisi Serenada Hitam penyair mengiaskan dirinya sebagai Raden Panji sedangkan kekasihnya dikiaskan sebagai Dewi Chandra Kirana. Tambahan lagi, dalam puisi Perempuan-perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya ditemukan larik-larik sebagai berikut.<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><em>Di atas roda-roda baja mereka berkendara<br />Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota<br />merebut hidup di pasar-pasar kota</em></span><br />
Pada puisi ini, roda-roda baja dan merebut hidup merupakan bentuk metafora yang tidak konvensional. Roda-roda baja merupakan kiasan untuk kereta api sedangkan merebut hidup merupakan kiasan untuk kerja keras (berdagang) guna menyambung hidup.<br />
<br />
<strong><span style="color: #6633ff;">2 Berdasarkan Keterpakaiannya</span></strong><br />
Pembagian metafora berdasarkan keterpakaiannya yang dimaksudkan adalah terpakai tidaknya sebagai metafora pada masa sekarang ungkapan-ungkapan yang sebelumnya merupakan metafora. Hal ini karena adanya kenyataan bahwa bentuk-bentuk metafora tertentu yang sudah sangat tua dan lazim dianggap tidak memiliki nilai kias lagi dalam kandungan maknanya. Sebagaimana yang dijelaskan Pradopo (2005:66), ada metafora yang disebut dengan metafora mati (dead metaphor). Metafora mati adalah metafora yang sudah klise. Metafora semacam ini sudah dilupakan orang bahwa itu metafora. Sebagai contoh ungkapan kaki gunung, lengan kursi, dan sebagainya.<br />
Dalam kaitannya dengan metafora yang masih hidup dan yang sudah mati, Keraf (2006:139-140) menyatakan bahwa bila pada masa sekarang sebuah metafora masih dapat ditentukan makna dasar dari konotasinya, maka metafora itu masih hidup, tetapi bila konotasinya tidak dapat ditentukan lagi, maka metafora itu sudah mati, sudah merupakan klise. Untuk memperjelas pendapatnya, disajikan contoh sebagai bdrikut.<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><em>Perahu itu menggergaji ombak<br />Mobilnya batuk-batuk sejak tadi pagi<br />Pemuda-pemudi adalah bunga bangsa</em></span><br />
<br />
Kata-kata mengergaji, batuk-batuk, dan bunga bangsa masih hidup dengan arti aslinya. Sebab itu, penyimpangan makna seperti yang terdapat dalam kalimat-kalimat di atas merupakan metafora yang hidup. Namun, proses penyimpangan semacam itu pada suatu saat dapat membawa pengaruh lebih lanjut dalam perubahan makna kata. Kebanyakan perubahan makna kata mula-mula terjadi karena metafora. Metafora yang sudah sangat umum, lama-kelamaan dilupakan orang itu metafora sehingga makna yang baru itu dianggap sebagai makna yang kedua atau ketiga, seperti: berlayar, berkembang, jembatan, dan sebagainya. Metafora semacam ini adalah metafora mati.<br />
Dengan matinya sebuah metafora, pemakai bahasa berada kembali di depan sebuah kata yang mempunyai denotasi baru. Metafora semacam ini dapat membentuk sebuah kata kerja, kata sifat, kata benda, frasa atau klausa, seperti menarik hati, memegang jabatan, mengembangkan, menduga, dan sebagainya. Sekarang tidak ada orang yang berpikir bahwa bentuk-bentuk itu tadinya adalah metafora.<br />
<br />
<strong><span style="color: #6633ff;">3 Berdasarkan Bentuk Sintaksisnya</span></strong><br />
Dilihat dari bentuk sintaksis, Wahab (2006:72) mengajukan tiga macam metafora, yaitu metafora nominatif, metafora predikatif, dan metafora kalimatif. Dijelaskan, metafora nominatif merupakan metafora yang memiliki potensi menduduksi posisi satuan gramatika pembangun kalimat yang disebut subjek dan objek, sehingga metafora ini terbagi menjadi dua macam, yaitu metafora nominatif subjektif dan metafora nominatif objektif.<br />
Memperhatikan kerangka berpikir dan istilah yang digunakan, dalam mengelompokkan macam-macam metafora ini tampaknya Wahab bertumpu pada teori Linguistik yang dikemukakan kaum Strukturalis, khususnya tentang kalimat. Satuan gramatika pembangun kalimat yang posisinya mengikuti predikat lazim mereka sebut sebagai komplemen. Bertolak dari pandangan inilah metafora nominatif objektif oleh Wahab disebut sebagai metafora komplementatif. Sementara, metafora nominatif subjektif selanjutnya disebut sebagai metafora nominatif saja.<br />
Pada metafora nominatif, lambang kias muncul hanya pada subjek kalimat saja, komponen-komponen lainnya dalam kalimat tetap menyatakan makna langsung. Sebagai contoh, disajikan sebuah larik yang ditemukan dalam puisi Tunggu karya Slamet Sukirnanto sebagai berikut.<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><em>Angin lama tak singgah</em></span><br />
Dalam sajak di atas, subjek angin dikiaskan sebagai utusan pembawa berita sedangkan komponen lainnya, yaitu lama tak singgah tetap dinyatakan dalam makna sebenarnya atau makna langsung.<br />
Selanjutnya, metefora komplementatif memakai lambang kias hanya pada komplemen kalimat, sedang komponen-komponen lain dalam kalimat metaforis itu tetap menyatakan kandungan makna langsung. Sebagai contoh metafora komplementatif, dalam Tonggak ditemukan puisi Ismet Natsir yang salah satu lariknya berbunyi sebagai berikut.<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><em>Aku minta dibikinkan jembatan cahaya</em></span><br />
Pada metafora di atas, kelompok kata jembatan cahaya berfungsi sebagai komplemen kalimat metaforis itu. Jembatan cah`ya adalah kata-kata kias yang makna sebenarnya ialah jalan yang terang. Itulah dua contoh metafora nominatif, masing-masing metafora nominatif subjektif, metafora nominatif komplementatif.<br />
Dalam metafora predikatif, kata-kata lambang kias hanya terdapat pada predikat kalimat saja, sedangkan subjek dan komponen lain kalimat itu (jika ada) masih dinyatakan dalam makna langsung. Sebagai contohnya, dalam Tonggak ditemukan puisi T. Mulia Lubis yang salah satu lariknya berbunyi sebagai berikut.<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><em>Suara aneh terbaring di sini</em></span><br />
<br />
Kata terbaring merupakan predikat untaian kalimat itu. Kata terbaring, dapat digunakan sebagai predikasi yang cocok mamalia (termasuk manusia). Dalam metafora tersebut, suara aneh (ungkapan kebahasaan dengan makna langsung) dihayati sebagai manusia yang dapat terbaring.<br />
Selanjutnya, jenis metafora terakhir dipandang dari segi sintaksis ialah metafora kalimatif. Dalam metafora ini, seluruh lambang kias yang dipakai tidak terbatas pada nomina (baik yang berlaku sebagai subjek maupun yang berlaku sebagai komplemen) dan predikat saja, melainkan seluruh komponen dalam kalimat metaforis itu. Semua kata yang terdapat dalam sebuah untaian kalimat metafora kalimatif tidak menyatakan makna langsunnya, tapi secara keseluruhan menyatakan makna kias. Contoh metafora kalimatif dapat dilihat pada sebuah larik yang ditemukan dalam puisi Api Pembakaran karya Slamet Sukirnanto di bawah ini.<br />
<br />
<em><span style="font-size: 85%;">Api apa membakar?</span></em><br />
Seluruh kalimat di atas adalah kias. Tidak ada satu komponen pun dalam kalimat itu yang dipakai sebagai pengungkapan makna langsung. Metafora kalimatif di atas, kira-kira mengandung makna semangat apa yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan?akip effendyhttp://www.blogger.com/profile/01491055190392038571noreply@blogger.com6